Mas Aidan di Dataran Tinggi Dieng
trus saya kompor-komporin suami setiap hari, setiap jam, setiap menit, setiap detik. hingga akhirnya sampailah kami di dieng! sebenarnya agak deg-deg an juga, karena kami kena macet parah dijalanan dari wonosobo arah ke dieng, karena saat itu akan ada festival pemotongan rambut anak-anak gimbal. Was-was juga, karena tipikal suami saya bakal ambil balik jalan grak kalo kena macet seperti itu. entah sudah berapa ribu kali piknik kami gagal gara-gara suami saya ga sabar dijalan, putar balik. padahal tinggal sa-crut an lagi jalan sampai. hahaha Tapi pemandangan di Dieng itu cantiiiik sekali. indah luarbiasa. kami pulang dari kawasan wisata ambil jalur lain, dengan jalanan yang super ekstrim naik turunnya, tetapi pemandangannya keren. perkebunan masyarakat yang sangat asri Dalam peta kepariwisataan nasional, provinsi Jawa Tengah dan DIY merupakan daerah tujuan wisata kedua setelah Bali. Dataran Tinggi Dieng adalah salah satu tempat tujuan wisata di Jawa Tengah dengan segala potensinya di bidang pariwisata mampu menarik wisatawan domestic maupun mancanegara, terutama dengan karakter jenis wisata yang khas perpaduan antara unsur keindahan alam dan peninggalan sejarah. Dalam satu kawasan Dataran Tinggi Dieng menyajikan kombinasi dari iklim dingin yang menyegarkan dalam suasana pegubungan, pemandangan indah yang mengasikkan, kawah-kawah aktif yang mudah dikunjungi, sumber air panas dan panas bumi serta danau-danau yang indah. Sejarah Obyek Wisata Dieng Kata “Dieng” sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta yaitu “Dihyang” yang mengandung maksud “DI” berassal dari “ardi (redi)” yang berarti kahyangan atau surga. Jadi, DIHYANG berarti gunung tempat dewa-dewa atau juga dimaksudkan sebagai tempat yang suci. Sesampai di kawasan wisata dieng, kami didatangi oleh penduduk disitu yang menawarkan hotel atau homestay. selanjutnya di mas mas itu menjadi guide kami keliling obyek wisata dieng selama 1 hari. Ya kami suka jalan-jalan, tapi kalau ada guide atau tour, kami lebih memilih pakai guide biar lebih terarah, selain itu terutama adalah karena tenaga kami yang terbatas untuk eksplore kesana kemari mencari cari sendiri.. haha Sejarah obyek wisata peninggalan budaya: Candi-candi di Dieng baru diketemukan pada abad XVIII oleh seorang ahli dari Belanda bernama Van Erp, tetapi pada waktu itu candi-candi masih digenangi air, baru beberapa tahun kemudian ada seorang ahli dari inggris yang bernama Cornelis menemukan saluran bangunan kuno dan dibersihkannya saluran tersebut sehingga air yang menggenangi candi bisa mengalir ke tempat lain yang kemudian saluran itu dinamakan “Gangsiran Aswatama” dan akhirnya candi-candi dapat dilihat seperti sekarang. Berdasarkan inkripsi (batu tertulis) yang ditemukan di desa Canggal dikatakan bahwa candi-candi tersebut terletak di dekat gunung Susundoro dan Sumbing, yang sekarang kedua gunung tersebut bernama Sindoro dan Sumbing. Menurut para ahli purbakala, candi-candi di Dieng dibangun pada waktu yang tidak sama, yang dibangun secara bertahap yaitu dimulai pada abad VII. Dengan demikian, candi DIeng merupakan candi Hindu tertua di Indonesia, yang dahulunya berjumlah 19 buah dan sekarang hanya tinggal 8 buah, yaitu: candi Arjuna, candi Semar, candi Srikandi, candi Puntadewa, candi Sembadra, candi Gatut Kaca, candi Dwarawati dan candi Bima. Sejarah dari beberapa obyek wisata yang ada di dataran Tinggi Dieng adalah sebagai berikut: Kawah Condradimuko Ketika gunung Pagerkandang meletus, maka tanah disekitarnya banyak yang merekah, termasuk lereng dari gunung jimat. Kemudian dari rekahan itu muncul gas panas bumi yang mencapai suhu 92oC pada titik maksimum dan 85oC pada titik minimum. Gua Jimat Bekas kawah yang sudah mati ini pada saat saat tertentu akan mengeluarkan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Letak sumbernya ada dilereng-lereng lembah yang berjumlah 6 buah. Gas tersebut sangat berbahaya karena mengandung gas CO2 yang bersifat mematikan. Menurut kepercayaan penduduk setempat, tempat ini sangat bertuah dan keramat karena merupakan gudang jimat/pusaka milik dewa, sehingga disebut sebagai gua jimat. Kawah Sileri Kawah ini sangat luas dengan garis tengah kurang lebih 1 km. kawah ini dahulunya merupakan sebuah cekungan yang terisi oleh lahar letusan dari gunung Pagerkandang yang meletus pada tahun 1944. Dari morfologinya terlihat bahwa kawah ini merupakan lubang peletusan pindahan dari kawah Pagerkandang. Gas panas bumi yang menyembur ke luar dari beberapa pusatnya mencapai titik panas maximum 75 derajat celcius. Telaga Warna dan Telaga Pengilon Telaga tersebut terletak dikompleks cagar alam Dieng, warna yang ada di telaga tersebut diakibatkan adanya air belerang yang muncul ke permukaan. Kedua telaga ini dahulunya merupakan satu telaga, tetapi karena terbendung sungai tulis oleh lava, maka telaga itu terpisah menjadi dua sampai sekarang Hunting sunrise kami di bukit sikunir bisa dibilang berhasil, jika dibandingkan hunting sunrise kami di gunung Bromo yang hanya muncul sebentar trus tertutup awan. saat hunting di sikunir juga sama, sepanjang jalan mas aidan tertidur, naik mobil, naik motor, jalan kaki, tidur nyenyak. padahal medan ke bukit sikunir lumayan aduhhay yang membuat suami saya ngos-ngos an naik turun. untung ga ngajak putar balik dia. hahaha.. kami juga naik ke telaga warna dan batu menangis, capek maksimal deh pokoknya, tapi happy! udara segar, kecuali pada saat menanjak yang berdebu, dan di kawah sikidang yang berbau belerang, makanya jangan lupa sedia masker.. Kondisi Dataran Tinggi Dieng
Dari aspek kewilayahan, kawasan dataran tinggi dieng dimiliki oleh Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara. Kab. Wonosobo memiliki kawasan Dieng Plateu, bagian timur atas (Dieng wetan). Di kawasan timur ini terdapat obyek wisata Tuk Bima Lukar (yang konon merupakan sumber mata air sungai serayu), Telaga warna, telaga pengilon, gua semar dan kawah kecil sikendang. Sedangkan dikawasan bagian barat (Dieng Kulon) adalah milik Kab. Banjarnegara. Di kawasan ini terdapat obyek wisata candi, Kawah Sikidang, telaga balekambang, telaga merdada, telaga swiwi, kawah sileri, kawah candradimuko dan sumur jolotundo. Keadaan tanah di wilayah dataran tinggi dieng pada umumnya merupakan daerah yang berbukit-bukit dengan kemiringan yang cukup tajam. Dataran tinggi dieng mempunyai iklim tropis dataran tinggi , terletak +2093 mdpl dan terhimpit oleh 4 buah gunung, sehingga udara disana cukup dingin. Pada musim kemarau, suhu di siang hari berkisar antara 15 - 20 derajat celcius. sedangkan pada malam hari suhu berkisar 5 -10 derajat celcius, dan kadang mencapai 0 derajat celcius yang biasa disebut sebagai “Bun upas” yaitu salju tipis/embun yang menyapu dataran tinggi dengan suhu dibawah titik beku. recommended buat divisit!
0 Comments
Leave a Reply. |
Authormostly travel dijogja dan sekitarnya, dalam negeri saja, kami menunggu mas aidan mandiri untuk bisa travel lebih jauh ke sana situ sono.. hahaha.. Candi Ratu BokoTerakhir kami ke candi ratu boko, tahun 2017, saat kami tinggal diJogja. Tulisan ini tercetus gara-gara "tumben" suami saya memulai obrolan tentang kuliah S3.
Biasanya siiiih.. yang sibbuk motivasi dan semangat cerita buat sekolah lagi itu saya, meskipun saya ga ingin ke Jogja lagi dan lagi. ganti tempatlah, ganti benua kek.. ammiin. Tapi, suami saya sepertinya cinta mati sama jogja, atau mungkin masih ada kisah yang belum selesai di Jogja? who knows! The lost world castleSemoga musim corona ini segera berlalu, sehingga kami bisa ambil cuti mudik sekalian jalan-jalan berpiknik ria.. Kami bertiga udah setahun lebih gada piknik keluar riau, suntuk tuk tuk. Saya udah mulai bahasanya kebawa bahasa sumatera, sehingga saya harus refill ulang pulang kampung.
*sambil menarik nafas panjaaaaaaang... Archives
August 2021
Categories |
this page replacing my old blog page: https://mariacreativity.blogspot.com/
|
Site powered by Weebly. Managed by Exabytes - Indonesia