a blessing in disguise: something that seems bad or unlucky at first, but results in something good happening later. [https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/a-blessing-in-disguise] Coronavirus might be the biggest blessing in disguise for meSeriously? Blessing in disguise ini bisa dibilang sama seperti ada selalu hikmah yang bisa kita ambil dibalik segala sesuatu yang terjadi. Pun ini sama dengan pandemic Covid-19 yang masuk ke Indonesia sejak bulan Maret 2020. Dikantor, saya lumayan salah satu yang vocal dan takut banget tentang pandemic baru ini, yang pertama selain ini pandemic global,well.. saya epidemiologist btw, jadi mau bagaimanapun juga pasti saya lebih aware masalah ini dibanding yang lain Yang kedua saya juga punya baby Nay yang baru 3 bulan yang saya taruh di daycare karena saya tinggal kerja dimasa pandemic, trigger ketiga kenapa saya parno banget masalah pandemic ini adalah Mas Aidan yang masih sakit ga bisa ngapa-ngapain hanya tergeletak dirumah aja sampa ART. Dan saya pun saya itu baru masuk setelah cuti melahirkan, bulan Maret 2020 untuk extend kontrak, dan sempat mengambil keputusan ga extend kontrak karena pertimbangan sakitnya mas Aidan. Ya anak2, keluarga adalah sesuatu yang ga mungkin saya abaikan, dan kesampingkan demi pekerjaan. Dan akhirnya kami pun diberlakukan WFH (Work from Home) menjelang bulan puasa 2020. Selama bulan puasa kami dirumah aja, masuk ngantor seminggu Cuma 1x aja sih saya, itupun di Rumbai aja. Kenapa saya sebut Covid-19 ini blessing in disguise? Karena saya mendapatkan Blessing saat pandemic dan WFH yang diantaranya adalah, Saya punya waktu mengawal pemulihan sakit Mas Aidan Ini adalah blessing terbesar yang saya sangat syukuri saya selama WFH, Alhamdulillah bekerja untuk perusahaan sekelas Chevron yang sangat mementingkan masalah safety ga hanya untuk karyawan tapi juga buat BP nya. Dengan Mas Aidan dirumah, WFH sebenernya repot banget. Keteteran sekali. Saya kerja WFH kalau meeting2 standby, selain itu, saya kerja shift malam. Yang lain tidur saya kerja sambil standy ASI buat Baby Nay. oh iya.. selama Mas Aidan sakit saya terlatih sekali untuk begadang, karena setiap malam sejak sakit Mas Aidan selalu melolong kesakitan, sampai menjelang subuh. Yaah hampir dipastikan jam 11 an malem sampai jam 3 itu udah pasti. jam 4 subuh biasanya saya baru bisa tertidur. Pola tersebut terbawa hingga sekarang. Otomatis jam 11 an menjelang tengah malam saya akan terbangun, hingga jam 3 an pagi. Almost everyday. Selama WFH, bulan puasa, kami bisa memantau progress Mas Aidan, memberikan terapi mandiri, memperhatikan obat-obatnya yang masih perlu diminum, trus memotivasi Mas Aidan dengan memberikan perhatian dan kegiatan yang dia sukai. Tidak pernah terlintas sedikitpun dalam benak saya sebelumnya kalau ada ujian yang lebih berat dari masalah speech delay n tetek bengeknya Mas Aidan. Saya pikir itu sudah sangat berat, dan apa yang Allah kasih lihat ke saya, kalau it is just a dot in the universe. Mempunyai anak special tetapi sehat dan ceria is beyond everything yang patut saya syukuri. Mas Aidan senang sekali saat saya WFH dan hampir setiap hari dirumah.. Terkadang saya ngaudit mas aidan ikut main2 dokumennya, karena saya pakai spidol warna warni buat ngaudit. Atau hanya sekedar foto2 sefa selfi, V-call sama simbah, Pak Edi di Pemalang, atau ikut ngantar jemput Papap ke Kantor.. Selama dikantor, sebelum WFH saya memantau Mas Aidan melalui CCTV, Baby Nay mau tidak mau saya percayakan ke Abidari. didepan komputer kerja saya, selalu ada Hp nyala memperlihatkan Mas Aidan dirumah sedang ngapain aja. Dari CCTV saya bisa tau kalau Mas Aidan bengang bengong aja dikamar ber jam jam, ART dipanggil2 ga respons, atau parahnya ditinggal tidur ART, dan lihat bagaimana Mas Aidan diterapi. Jadi sebelum Covid-19 menyerang, kami panggil fisioterapis dari RSUD Arifin Ahmad buat datang nerapi Mas Aidan dirumah. seminggu 2x, sekalian mengajarkan kami cara menstimulasi mas Aidan secara mandiri. Beberapa gambar dibawah ini merupakan awal2 mas aidan mulai bergerak.. Alhamdulilllaah.. Puasa hari pertama, hari jum'at kliwon, Mas Aidan mulai melangkahkan kakinya untuk pertama kali.. dari mulai bisa meluruskan kaki dan dititah seperti bayi, trus Mas Aidan sendiri yang inisiatif gerak2in kakinya. Liat ekspresi muka mas Aidan itu luar biasa.. Masih meringis tapi mulai bisa gerakin kakinya aja sepertinya bahagiaaaaa sekali Mas Aidan Saat Mas Aidan sudah mulai berkurang sakitnya, sudah bisa duduk, dan saya WFH, mulailah saya memberikan aktifitas-aktifitas yang mas Aidan suka, biar pikirannya fresh lagi, tidak melulu tentang suramnya sakit, minum obat dan terkulai lemas. Dan memang benar, aktifitas2 ringan yang disukai mengungkit banyak motivasi buat Mas Aidan yang sudah berbulan-bulan hanya terkulai saja.. Alhamdulillah.. Tulang kaki / tungkai Mas Aidan sampai mengecil begitu.. seram dan kuatir sekali kami kalau sampai kedepannya mas Aidan jadi ada masalah dengan jalannya. Aktifitas mewarnai, mau main, menggambar, dll sebagai salah satu tanda mas Aidan udah mulai sembuh, at least psikisnya.. Selama WFH, saya juga bisa antar jemput si papap dan Baby Nay sekalian bawa jalan Mas Aidan.. Pagi yang nyetir suami, sembari saya morning meeting lewat HP, antar baby Nay dulu, sarapan, trus antar papap ngantor. Sorenya, saya bawa Mas Aidan lagi jemput Baby Nay, trus baru jemput papap. Dijalan panam sana kadang kami mampir hingga 30 an menit hanya untuk sekedar lihat alat berat yang jadi kesukaan mas Aidan.. Saya punya waktu bersama Baby NaySebenarnya sih memang anak ke-2 agak sedikit waktu tersedia dibandingkan pada saat anak pertama mas Aidan dulu, ya tentu saja karena sudah harus berbagi dengan Mas nya yang apalagi saat itu masih sakit. Alhasil saat new born pu sudah berbagi ga bisa lebih fokus ke Adek Naira saja. Tapi dengan seiring berjalan, saya WFH, Mas Aidan mulai sembuh, saya jadi bisa antar jemput Naira ke sekolah, sibuk dari subuh siapin MPASI, sering2 Naira ga masuk sekolah kalau kerjaan saya ga lagi banyak. saat WFH dan saya yang antar jemput Naira pun, bisa jam 9 atau bahkan jam 10 baru saya antar Naira, trus jam 2 dah saya jemput. Saya suka nangis didepan sekolah Naira, ga tega anak bayi dah dititipkan ke sekolah. Jadinya si papap take over antar jemput Naira kalau lagi sempat pulang cepat. Mpasi Naira saat 6 bulan alhamdulillah saya udah WFH, jadi ga gugup banget mesti bangun dari jam 3 subuh seperti saat dulu masih kerja, siapin bekal makan Mas Aidan disekolah - saya mesti mulai dari jam 3 pagi kalau tidak mau keteteran ga cukup waktunya. Si papap kerja di PU btw, pulang sampai rumah hampir selalu maghrib, belum lagi malemnya masih kerja lagi katanya.. emejing kan. kecuali kalau jemput Naira, paling sore jam 5 dah sampai rumah, karna sekolah dah tutup jam 5, dan tentu saja sudah saya telfon2 dari jam 3 suruh jemput Naira. Belum lagi kalau ditinggal dinas Luar kota, overwhelmed banget saiya itu.. Nyetir.. nyetir.. dan nyetir.. Sejak Naira 2 bulan, lepas 40 hari saya udah keluar nyetir, karena mas Aidan sakit, saya sempat ditinggal hampir 10 hari saat Mas Aidan berobat ke Malaka. jadi kemana mana sendiri kalau ada perlu. Setelah itu buat refresing antar jemput papap sambil bawa anak2 jalan, antar jemput Naira sekolah, sekalian bawa anak2 keliling dan saya pun biar ga stress. Saat kami berada di stadium 4 (versi kelas parenting bunda Onya). Having a newborn baby, selagi hamil anak ke tiga, setelah anak pertama sakit panjang, dan masa pandemi Covid yang mengharuskan saya WFH, tiap hari dirumah. Membuat kondisi kami kocar kacir. Gada yang senang dengan hal ini, semua capek, saya, suami, stress. Tapi, apa salah anak-anak? Hingga akhirnya suatu ketika dibulan July, jam 3 pagi saya bawa Naira check in di hotel pangeran, nnge-WA PM untuk cuti mendadak, dan besoknya jemput Mas Aidan, short escape bertiga saja. Apapun yang terjadi terjadilah. Itu sudah jadi prinsip saya sejak dulu. bahkan tidak ada selembar daunpun yang jatuh tanpa seizin Allah. Dialah Allah Yang menciptakan dan mengatur semua peristiwa, bagaimana mereka berawal dan berakhir. Dia pulalah yang menentukan setiap gerakan bintang-bintang di jagat raya, kondisi setiap yang hidup di bumi, cara hidup seseorang, apa yang akan dikatakannya, apa yang akan dihadapinya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur`an, hariini, hampir 10 bulan baby Nay sekolah, dan saya tidak menyesali menyekolahkan Naira sejak dini. Saya bersyukur melihat perkembangan Naira, apalagi terpantau dengan program disekolahnya, dan setiap hari ada kegiatan baru. Naira juga bisa bersosialisasi dengan baik, main dkk terstimulasi dengan baik disekolahnya. Saya membandingkan saat pertama dengan Mas Aidan dulu.. dirumah cuma ada kami bertiga, dengan si papap yang sibuk. dari pagi sampai sore, kadang malam saya cuma berdua dengan Mas Aidan, dirumah aja, dengan pengetahuan minim tentang pengasuhan anak. maklum anak pertama, gada panduan nya juga bagaimana mendidik Mas Aidan. jadi ya memang bisa benar judgement orang-orang kalau saya salah menerapkan pola asuh hingga mas Aidan seperti itu. Hal inilah yang menjadi trigger saya kali ini buat "tega" lebih milih kerja dan menyekolahkan Naira; daripada seperti dulu, memilih resign demi mengurus Mas Aidan. Lagian kami nda asal ya menyekolahkan Naira, kami pilih sekolah yang insyaAllah bagus lah, ga ngasal ke tempat penitipan Anak. Dari awal Naira masuk di usia 2 bulan lebih yang terdiri dari 5 anak murid baby smart class, hingga 6 bulan terakhir hanya 3 anak saja yang tersisa, karena yang dua lagi udah naik kelas ke PAUD. InsyaAllah, Allah menjaga anak-anak kami dimanapun mereka berada.
Harapan saya dapat cowok satu lagi langsung dikabulkan AllahPada awalnya saya sangat yakin cukup dengan 2 anak saja. Meskipun si papap masih mau lagi, saya ga mau. Hingga suatu malam, saya membaca sebuah kisah di quora. Jadi, singkatnya ada 3 bersaudara, yang tertua laki-laki (Anak berkebutuhan Khusus), dan yang kedua ketiga perempuan. Yang kedua sudah menikah, Bapakknya meninggal, hingga tersisalah ibu dan anak bungsu perempuan yang bahu membahu mengurus sang kakak yang luar biasa mereka sayangi. saking sayangnya dan kuatir dengan masa depan sang kakak, maka si adik bungsu ini berkisah bahwa dia berjanji tidak akan menikah. Kisah tersebut membuat saya terdiam berjam-jam setelah membacanya, saya diam hingga subuh, hingga suami saya bangun. trus besok malamnya baru saya cerita ke suami, dan saya bertekad harus ada anak satu lagi, cowok. untuk membantu Naira besok menjaga Mas Aidan. Jika sampai terjadi sesuatu pada kami, orang tuanya. Demi Allah, tidak ada niat sedikitpun untuk membebani anak2, kami saya dan suami selama masih diberi umur InsyaAllah tidak akan pernah berpaling dari kewajiban kami sebagai orang tua. Tapi tidak ada yang tau masa depan. dan setidaknya kami sudah merasakan sendiri, dengan banyak saudara, ada saudara, dapat saling membantu dimasa depan. Dan, dengan sangat tidak terduga doa saya langsung dikabulkan oleh Allah. Sepertinya tidak sampai 1 minggu saya sampaikan suami tentang masalah ini, dan saya hami lagi. hahaha.. Alhamdulillah.. Allah mengabulkan doa kita sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Apabila doa kita ada yang belum dikabulkan oleh Allah, mungkin apa yang kita inginkan itu bukanlah kebutuhan kita menurut Allah. Karena Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Ga Enaknya WFH dan Pandemic Covid-19Awal-awal pandemi Covid-19, kami masih ngantor seperti biasa,, udah mulai tensi naik karena takut dengar berita tentang pandemic. Trus mulailah kondisi ga kondusif lagi, akhirnya WFH terjadwal, selang seling, sesekali masuk, dan begitulah. Sebelum full WFH, saya sempat masuk seminggu sekali buat eksekusi integrated audit nya HIS Remediation, di Rumbai aja. Kantor Main Office Rumbai luar biasa sepiii... serem juga. Pas bulan puasa, sambil bawa pumping, musim hujan. Tapi, setelah 8 bulanan WFH, saya beneran deh rindu ngantor, kerja dikantor, ketemu n sharing sm teman2 kantor.. Bekerja sambil refresh otak dan pikiran. dan sekali lagi bersyukur bekerja buat perusahaan sekelas Chevron, bisa WFH daat pandemi, berbulan-bulan WFH, full payment. Alhamdulillah. Saat WFH beneran, full time, beneran, asli, Suntuk banget. The art of doing nothing nya udah over quota, gada apa apa lagi.. tiap pagi morning meeting lewat webex, udah gitu doang. absensi, daily target apa, diawal awal WFH masih seru. trus si awal2 WFH tiap jumat sore ada closing meeting, dari awal seru, lama2 jarang yang join, garing, hingga menghilang begitu aja gada kabar gada yang nanyain kabar closing meetingnya.. miris. Meeting, dkk via webex. atau MS Team Laptop-laptop, laptop Telfon-telfon-telfon Gada sosialisasi Diawal-awal WFH banyak kendala, dari mulai jaringan, sinyal, telkomsel - indihome yang sempat lost beberapa minggu, belum lagi ART yang ga pengertian n bawel minta ampun, hingga saya mesti kerja keluar dari rumah, dimobil atau dicafe. WFH membuat saya jadi tau banget kondisi rumah bersama para ART dan membuat saya sakit kepala hingga saya berhentikan itu para ART saya. beberapa kali bebrapa bulan saya sendiri aja dirumah gada ART yang bikin sakit kepala. meski lagi hamil anak ke-3, rasanya lebih tenang ga pake ART dan menjalankan rumah sesuai aturan saya, dan yang terpenting saya bisa kerja dengan tenang. Sebelum WFH dan memutuskan Naira sekoah, kami sempat pakai ART dari yayasan, and see what happen? Naira beberapa kali dibawa kekamar dan itu embak tidur. gila! Cukup sekian dulu catatan kali ini.. setelah sekian bulan offlinee...
0 Comments
Leave a Reply. |
Life, is the classroom
My_LifeMeans: My life in words "Formal Education will make you a living;
Self education will make you a fortune." "Happiness is not something you postpone for the future;
it is something you DESIGN for the present. for right NOW" You decide everyday to be happy by the choices you make every day. Archives
January 2025
Categories |
this page replacing my old blog page: https://mariacreativity.blogspot.com/
|
Site powered by Weebly. Managed by Exabytes - Indonesia