Apa sih itu FUS?First unprovoked seizure (FUS) adalah rangkaian kejang pada seorang anak berumur lebih dari 1 bulan disertai kejang dan tidak diketahui adanya faktor pemicu kejang, seperti demam, trauma kepala, infeksi sistem syaraf pusat, tumor, atau kelainan metabolik seperti hipoglikemia serta obat-obatan. Rerata risiko berulangnya kejang setelah FUS adalah 22% setelah 6 bulan, 29% setelah 12 bulan, 37% setelah 24 bulan, 43% setelah 60 bulan, dan 46% setelah 120 bulan. Kejang tanpa demamDiantara ketiga anak saya, tripel AiNaFA, si cantik dan sibungsu semua sudah mengalami FUS 2 periode, bisa dibilang 1x serangan disetiap tahun umur mereka. Kejang tanpa demam, inilah yang awalnya kami kenal sebelum mendapatkan diagnosa FUS oleh dokter SPA syaraf RS. Naira, disaat usia 1 tahun mengalami kejang tanpa demam pertama kali setelah sebelumnya sakit diare dan muntah. Pada suatu subuh yang dingin di bulan Juli 2021, saat orang tua lain terbiasa dengan sakit diare dan muntah pada anak-anak, suami saya membuka pintu rumah, dan meninggalkan Naira yang sedang tidak enak badan itu di ruang tamu, dan saya memasak sesuatu untuk dimakan. Dan tiba-tiba suami saya menjerit, menggotong anak saya yang sudah membiru bibirnya. Kami panik dan menjerit. Tetangga datang, kami pakaikan baju Nay, dan setelah sadar, muntah dan dia pingsan sambil kotoran diarenya mengalir. Pikiran saya saat itu muntaber. Segera kami bawa ke UGD, dan Nay ditangani dengan diberikan obat kejang dosis tinggi. Saya memberikan keterangan ke dokter jaga UGD sambil gemetaran. 3 hari rawat ini dan diberi obat anti kejang lewat infus. Diagnosis yang diberikan adalah FUS, kejang tanpa demam, atau setelah saya baca-baca di jurnal-jurnal kedokteran merupakan kejang yang tidak terprovokasi. Episode FUS kedua Nay juga terjadi saat Nay tidak enak badan. Pada pagi hari dibulan Maret 2022, Nay masih ceria dan berangkat ke sekolah. Nay memang tidak enak badan, sepertinya hanya tidak enak badan, dan masih bisa sekolah. Tapi ternyata pada saat makan, May Baby Nay tiba-tiba kejang sambil terduduk disekolahnya. Saya yang saat itu baru saja selesai mengantar Aidan sekolah, langsung mengebut dan gemetar menjemput Nay disekolahnya. Serangan pertama dan kedua berjarak 9 bulan disaat usianya 2 tahun. Si Bungsu Faqih, diusianya yang hampir 2 tahun, juga sudah mengalami 2x episode FUS, sama seperti kakaknya, dengan jumlah kejang lebih banyak dan jarak lebih dekat. Episode pertama kejang tanpa demam si bungsu berawal ketika tiba waktunya bagi saya akhirnya tidak bisa menolak untuk menolak balik kampung. Karena satu dan lain hal. akhirnya kami membawa tripel Ainafa pulang ke Rengat, dari Pekanbaru sore hari, dan sampai Rengat malam perjalanan mobil. Nothing special. semua baik baik saja, Fay masih ceria, bermain seperti biasa. hingga sesampai di Rengat dia tidak mau makan, dan paginya masih tidak mau makan, minum dan muntah. oke masuk angin. Saya pergi mandi, dan Fay dengan papahnya. baru masuk kamar mandi terdengar suami saya menjerit, Faqih jatuh dari meja dirumah neneknya, dan tiba2 kaku, kejang mulut membiru. Dan kami langsung bawa ke klinik. setelah menunggu lama, akhirnya diklinik diberi obat macam-macam, dan dibilang saya terlalu kuatir jadi Ibu. dan sesampai dirumah, sedang saya pangku, tidak ada 2 jam dari klinik sibungsu saya tiba-tiba terkulai, terdiam, kejang, saya menjerit. dan dengan hanya bercelana pendek saya bawa sibungsu ke klinik lain, terdekat dari rumah. dan Gada obat disana. lucu sekali. Saat itu saya meminta langsung bawa ke Pekanbaru. Kami disarankan ke RSUD, dan kami langsung kesana, di UGD, menunggu lama dan disuntik obat, dan ga ada DSA available dihari minggu. Lucu sekali. what a wasting time. Dan kami meminta ambulans rujuk ke Pekanbaru, right away. meskipun realisasinya, sore hari menjelang maghrib kami baru naik ambulans.
dan si sulung serta si bungsu dirawat inap bersebelahan dalam satu ruang yang sama, di RS Syafira. What a messy life. Episode kedua kejang tanpa demam Faqih terjadi belum lama ini, saat kami serumah sakit batuk. Naira yang paling parah batuk, karena lama batuk dan kuatir kejang, nay opname 3 hari. 2 hari setelah sepulang Nay opname, Si bungsu muntah ditengah malam, masih aktif, masih makan masih minum. Dan di pagi yang tenang, setelah makan sarapan dengan semangat, si bungsu kejang saat sedang saya mandikan bersama Nay. tiba-tiba kepalanya terkulai terjatuh di lengan saya. Dan saya menjerit sekuat tenaga saya. It's breaking my heart. itu adalah kali ke 4 kejadian kejang tanpa demam, dan saya masih gemeteranan dan menangis, bahkan menuliskan ini saya masih bergetar. Semua kejadian anak-anak saya sakit dan dirawat adalah bagian terhoror dalam hidup saya. melihat Aidan sakit lumpuhnya, melihat Naira pingsan kejang dan bibir membiru menghitam, again, it breaks my heart. DefinisiBerdasarkan American Academy of Neurology, FUS didefinisikan dengan menggunakan kriteria dari International League Against Epilepsy (ELAE) yaitu rangkaian kejang pada seorang anak yang berumur lebih dari 1 bulan disertai pulihnya kesadaran diantara kejang dan tidak diketahui adanya faktor pemicu terjadinya terjadinya kejang seperti demam, trauma kepala, infeksi sistem syaraf pusat, tumor, atau kelainan metabolik seperti hipoglikemia serta obat-obatan. Kejang yang terjadi pertama kali dapat berupa kejang biasa, berulangnya kejang atau status epileptikus. Kejang yang berulang dalam satu hari dianggap sebagai satu episode kejang. EtiologiPenyebab dari FUS belum diketahui dan dikatakan tanpa pencetus jika tidak ditemukan penyebab kejang yang biasanya terjadi pada anak seperti hipoglikemi, hipokalsemia, gangguan elektrolit, paparan toksin, infeksi sitem syaraf pusat, trauma, tumor, iatrogenik seperti pada terbutakin dosis tinggi, klorpomazin, obat-obat imunosupresan, dan lain-lain. Klasifikasi KejangKejang adalah gangguan akibat abnormalitas aktifitas sinkronisasi aliran listrik pada otak. Berdasarkan penyebab, kejang dibedakan menjadi dua yaitu:
PatofisiologiSecara umum, kejang terjadi apabila neuron-neuron dalam area otak teraktivasi dengan cara sinkronisasi. Aktivasi fokal sekelompok neuron kemudian menyebar ke neuron sekitarnya dan ke neuron-neuron jauh dalam aktivasi abnormal. Terjadinya suatu kejang melibatkan berbagai macam aspek selular atau biokimiawi seperti gangguan fungsi kanal ion, level neurotransmitter, fungsi reseptor neurotransmittes, atau metabolisme energi yang mengganggu eksitabilitas neuron sehingga menimbulkan kejang. Secara umum, depolarisasi diperantarai oleh neurotransmitter eksitatori yaitu glutamat dan aspartat. Peningkatan efektivitas sinaptik terjadi akibat meningkatnya ambilan reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) sehingga terjadi influks kalsium kedalam sel dan peningkatan eksitabilitas sel. Ketika proses eksitatori meningkat terjadi reduksi simultan sirkuit inhibisi sehingga manifestasi kejang berlangsung. DiagnosisFirst unprovoked seizure ditegakkan bersama dengan anamesis, pemeriksaan fisik, dan dibantu dengnan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan penyebab kejang lainnya. Berdasarkan anamesis ditanyakan mengenai jumlah episode kejang dalam satu hari, jika berulangnya kejang ditanyakan jarak antara kejang pertama dengan kejang terakhir, jenis kejang, durasi kejang, dan deskripsi periode postiktal. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menyingkirkan penyebab kejang yang lain seperti demam, penurunan kesadaran, tanda-tanda perdarahan intrakranial, gejala intoksifikasi, dan lainnya. Sedangkan pemeriksaan penunjang dikerjakan sesuai indikasi dan klinis pasien seperti pemeriksaan laboratorium, elektroensefalografi atau pemeriksaan pencitraan. Diagnosis bandingDiagnosis banding FUS adalah acute symptomatic seizure yaitu bangkitan kejang yang terjadi akibat suatu pencetus sistemik berhubungan dengan kelainan pada otak atau kerusakan otak yang berhubungan dengan gangguan lobus temporal. Akan dikatakan pencetus pada acute symptomatic seizure apabila kejadian tersebut berlangsung dalam kurun waktu satu minggu sebelum serangan. Pencetus tersebut dapat seperti stroke, kerusakan otak traumatik, ensefalopati anoksik, pembedahan intrakranial, diketahui mendertita subdural hematoma, infeksi sistem syaraf pusat yang aktif, fase aktif dari sklerosisi multipel atau penyakit autoimun lainnya, gangguan metabolik berat dalam kurun waktu 1 jam sebelum kejang, serta intoksinasi alkohol. Pemeriksaan PenunjangBeberapa pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada anak yang mengalami FUS seperti:
Pemeriksaan laboratorium dikerjakan bersifat individual berdasarkan riwayat dan kondisi klinis pasien seperti muntah, diare, dehidrasi, dan tidak sadar. Skrining toksikologi dikerjakan jika dicurigai ada paparan atau kecanduan obat atau toksin. Elektroensefalografi (EEG) sangat berguna untuk mengidentifikasi jenis kejang, membantu mengklasifikasi kejang dan memperkirakan prognosis jangka panjang. Pemeriksaan EEG dapat membantu dalam mengenali ensefalopati, kejang subklinis, dan abnormalitas metabolik. Dengan melakukan EEG maka dapat mengungkapkan fokal epilepsi atau kelainan lateralisasi. Apabila memungkinkan, EEG harus diperoleh saat pasien terjaga dan tidur. Jika kejadian FUS merupakan kejang umum tonik klonik (kurang dari 10 menit) maka EEG tidak mutlak diperlukan, akan tetapi jika awitan kejang itu teidak disaksikan, maka sebaiknya dilakukan EEG. Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan modalitas utama dalam pemeriksaan pencitraan dari pasien dengan kejang pencetus pertama kali. Pemeriksaan MRI emergensi dikerjakan pada setiap anak dengan defisit postiktal (paresis Todd's) yang tidak segera membaik atau tidak kembali dalam beberapa jam pengamatan. Pemeriksaan MRI tidak emergensi dikerjakan pada pasien FUS disertai adanya kelainan neurologis seperti keterlambatan perkembangan global, kejang parsial, umur kurang dari satu tahun atau pada gambaran EEG tidak menunjukkan epilepsi parrsial benign atau epilepsi umum primer. Computed Tomographyscan (CT Scan) bermanfaat pada pasien dengan riwayat trauma kepala. JIka tidak ada trauma kepala dan anak tampak normal maka pemeriksaan CT Scan tidak diperlukan. Faktor Risiko Berulangnya KejangKelainan neurologis dan gambaran EEG epileptiform Kelainan neurologis yang mendasari seperti retardasi mental, serebral palsi, pasca trauma kepala atau pasca infeksi sistem syaraf pusat sebelumnya, serta gambaran EEG epiletiform. Kedua faktor tersebut bersifat menguatkan dan kehadiran keduanya pada pasien menjadikan risiko berulangnya kejang ; jika dibandingkan tanpa kedua atau salah satu faktor risiko tersebut. Pada penelitian Multicenter epilepsy and single seizure (MESS), pasien dengan EEG normal dan gambaran neurologis normal berisiko paling rendah untuk berulangnya kejang yaitu: 20%, 25% dan 30% pada 1, 2 dan 4 tahun setelah FUS. Umur saat kejang Beberapa penelitian observasional dan penelitian MESS dengan jumlah subyek yang besar menunjukkan tidak ada pengarun antara umur terhadap berulangnya kejang Tipe kejang Tidak terdapat cukup bukti yang mendukung tipe kejang tertentu terhadap risiko berulangnya pada FUS. Durasi kejang Kejang menginduksi kerusakan hipokampus dan faktor risiko misalkan umur, kelainan neurologis, durasi kejang, dan juga predisposisi genetik dapat memperberat kerusakan hipokampus. Beberapa penelitian eksperimental menunjukkan bahwa walaupun kejang berkepanjangan mungkin tidak menyebabkan kerusakan hipokampus dalam otak normal, akan tetapi kejang ini dapat mempengaruhi kemampuan belajar dan tingkah laku. Meskipun durasi kejang bukan merupakan faktor risiko yang mendukung terjadinya berulangnya kejang, akan tetapi pertimbangan pemberian pengobatan OAE bukan hanya untuk menurunkan risiko berulangnya kejang tetapi juga menurunkan risiko terjadinya kejang yang berkepanjangan bahkan status epileptikus. Keadaan tidur Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan risiko berulangnya kejang jika terjadi pada saat pasien tidur. Tidur pada saat kejang pertama menimbulkan risiko berulang sebesar 50% atau lebih pada kejadian berulangnya kejang. Riwayat epilepsi dalam keluarga Beberapa tipe epilepsi bersifat diturunkan melalui kode genetik dan berhubungan dengan kejadian kejang pada anggota keluarga lainnya. Belum didapatkan bukti yang mendukung terjadinya peningkatan risiko kejang berulang pada pasien dengan FUS yang memiliki riwayat epilepsi dalam keluarga. Riwayat kejang demam kompleks sebelumnya Ditemukan peningkatan risiko berulangnya kejang pada pasien dengan riwayat kejang demam kompleks sebelumnya. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan angka berulangnya kejang bervariasi mulai dari 24% pada pasien tanpa faktor risiko hingga 65% atau lebih pada pasien yang memiliki dua atau lebih faktor risiko (misalnya riwayat epilepsi dalam keluarga, awitan parsial, gambaran EEG epileptiform, dan kelainan pada sistem syaraf pusat) PengobatanPendekatan terhadap anak yang mengalami FUS merupakan hal yang penting dalam praktek neurologi klinis sehari-hari, untuk menentukan pertanyaan utama: Apakah perngobatan dengan Obat Anti Epilepsi (AED) harus dimulai atau tidak? Alasan utama untuk meresepkan AED adalah untuk mencegah kejang lebih lanjut. Dengan demikian, terapi seperti itu dibenarkan ketika ada kemungkinan kejang yang masuk akal akan kambuh. Memutuskan untuk memulai pengobatan membutukan pertimbangan risiko efek samping obat terhadap konsekuensi psikososial dari kejang-kejang dimasa depan. Pun begitu, pengobatan tidak akan memastikan bahwa kejang tidak akan kambuh, dan hanya menurunkan kemungkinan kekambuhan, itu juga menjadi pertimbangan tambahan untuk memulai terapi AED Kenapa perlu diobati?Alasan utama untuk memulai pengobatan adalah kekhawatiran akan risiko cedera fisik atau kematian akibat kejang berikutnya. Cendera serius akibat kejang pada anak adalah peristiwa yang langka, yang dapat terjadi setelah terjatuh atau kehilangan kesadaran. Untuk mengurangi risiko itu maka direkomendasikan untuk pemberian batasan-batasan untuk setiap anak kecil, misalkan selelu bersepeda menggunakan helm ditrotoar daripada dijalanan, berenang hanya jika ditemani buddy, Mandi shower daripada berendam, kecuali mereka diawasi, dll. Kematian mendadak yang tidak terduga pada anak-anak dengan epilepsi, untungnya sangat jarang terjadi. Ketika kematian terjadi pada anak-anak epilepsi, itu hampir selalu terkait dengan masalah neurologis atau jantung yang mendasarinya, daripada karena epilepsinya. Sebuah studi populasi juga menemukan bahwa risiko kematian pada mereka dengan epilepsi onset pada masa kanak-kanak sama dengan populasi umum anak-anak tanpa gangguan neurologis yang signifikan. dan juga bahwa sejauh ini, tidak ada penelitian yang ditemukan yang meneliti apakah melakukan pengobatan pada anak dengan FUS akan menurunkan kemungkinan cedera serius atau kematian mendadak. Perlu diketahui juga bahwa memutuskan mengambil pengobatan bukanlah tindakan yang mudah. Efek minum obat setiap hari dapat berpengaruh pada rasa percaya diri seorang anak. Seorang anak yang minum obat untuk durasi yang lama oleh teman, keluarga dan sekolahnya dianggap sebagai anak yang memiliki penyakit yang sudah berlangsung sejak lama. Selain itu, pengobatan kronis untuk pengobatan kejang juga dapat menjadi beban bagi keluarga karena biayanya yang besar, dan dapat mempengaruhi kemampuan untuk mendapatkan asuransi kesehatan. Selain dari itu, ada juga kemungkinan saat remaja nanti yang dapat menjadi lebih rumit karena kekhawatiran ini, misalkan pada saat pengajuan SIM Kejang berulangRisiko kumulatif kekambuhan FUS meningkat dari waktu ke waktu. Namun, dalam suatu studi dimana terdapat informasi menyebutkan bahwa sebagian besar kekambuhan terjadi dalam waktu 1 hingga 2 tahun pertama sejak pertama FUS. Pada waktu tertentu risiko kekambuhan yang dilaporkan sangat bervariasi. Sebagian kecil anak-anak akan terus mengalami tidak hanya satu akan tetapi banyak kekambuhan. Suatu penelitian yang mengikutsertakan 207 anak dengan tindak lanjut selama 2 tahun, menemukan bahwa selain tingkat kekambuhan keseluruhan 54%, 26% dari anak-anak yang ikut serta dalam studi masih mengalami satu atau lebih kejang selama 6 bulan terakhir dari tindak lanjut penelitian, yaitu, lebih dari 18 bulan setelah peristiwa indeks. Penelitian lain dengan tindak lanjut yang lebih lama, melibatkan 407 anak, dan mengikuti mereka selama kurun waktu rata-rata >10 tahun. Dari jumlah tersebut, 46% memiliki satu atau lebih kekambuhan selama periode waktu penelitian. Selama periode tindak lanjut yang diperpanjang, 19% anak-anak yang terlibat mengalami setidaknya 4 kejang dan 10% mengalami setidaknya 10 episode kejang. Beberapa anak dalam kedua penelitian berakhir dengan kejang yang tidak dapat disembuhkan. Long story shortDua organisasi ini, The American Acaddemy of Neurology dan the Practice Comittee of the Child Neurology Society dalam parameter praktek mereka menyebutkan bahwa:
Pencegahan KejangSetelah melewati 4-episode kejang tanpa demam si kembar, setidaknya berikut yang saya ingat baik-baik dari saran dokter untuk mencegah kejang pada anak-anak
Pertolongan pertamaSedangkan, pertolongan pertama pada saat menghadapi episode kejang pada anak:
Literatur:
0 Comments
Leave a Reply. |
Life, is the classroom
My_LifeMeans: My life in words "Formal Education will make you a living;
Self education will make you a fortune." "Happiness is not something you postpone for the future;
it is something you DESIGN for the present. for right NOW" You decide everyday to be happy by the choices you make every day. Archives
January 2025
Categories |
this page replacing my old blog page: https://mariacreativity.blogspot.com/
|
Site powered by Weebly. Managed by Exabytes - Indonesia