mariacreativity
  • Home
  • Kidsclopedia
  • BooksDiction
  • WorkLedge
  • Travelography
  • LifeCoaster
  • Contact
  • Home
  • Kidsclopedia
  • BooksDiction
  • WorkLedge
  • Travelography
  • LifeCoaster
  • Contact

First Unprovoked Seizure [FUS]

11/8/2022

0 Comments

 

Apa sih itu FUS?

First unprovoked seizure (FUS) adalah rangkaian kejang pada seorang anak berumur lebih dari 1 bulan disertai kejang dan tidak diketahui adanya faktor pemicu kejang, seperti demam, trauma kepala, infeksi sistem syaraf pusat, tumor, atau kelainan metabolik seperti hipoglikemia serta obat-obatan.
Rerata risiko berulangnya kejang setelah FUS adalah 22% setelah 6 bulan, 29% setelah 12 bulan, 37% setelah 24 bulan, 43% setelah 60 bulan, dan 46% setelah 120 bulan. 

Kejang tanpa demam

Diantara ketiga anak saya, tripel AiNaFA, si cantik dan sibungsu semua sudah mengalami FUS 2 periode, bisa dibilang 1x serangan disetiap tahun umur mereka. Kejang tanpa demam, inilah yang awalnya kami kenal sebelum mendapatkan diagnosa FUS oleh dokter SPA syaraf RS.

Naira, disaat usia 1 tahun mengalami kejang tanpa demam pertama kali setelah sebelumnya sakit diare dan muntah. Pada suatu subuh yang dingin di bulan Juli 2021, saat orang tua lain terbiasa dengan sakit diare dan muntah pada anak-anak, suami saya membuka pintu rumah, dan meninggalkan Naira yang sedang tidak enak badan itu di ruang tamu, dan saya memasak sesuatu untuk dimakan. Dan tiba-tiba suami saya menjerit, menggotong anak saya yang sudah membiru bibirnya. Kami panik dan menjerit. Tetangga datang, kami pakaikan baju Nay, dan setelah sadar, muntah dan dia pingsan sambil kotoran diarenya mengalir. Pikiran saya saat itu muntaber.
Picture
Picture
Picture
Segera kami bawa ke UGD, dan Nay ditangani dengan diberikan obat kejang dosis tinggi. Saya memberikan keterangan ke dokter jaga UGD sambil gemetaran. 3 hari rawat ini dan diberi obat anti kejang lewat infus. Diagnosis yang diberikan adalah FUS, kejang tanpa demam, atau setelah saya baca-baca di jurnal-jurnal kedokteran merupakan kejang yang tidak terprovokasi.

Picture
UGD Awal bros
Picture
Dirawat lagi di RS
Episode FUS kedua Nay juga terjadi saat Nay tidak enak badan.
Pada pagi hari dibulan Maret 2022, Nay masih ceria dan berangkat ke sekolah. Nay memang tidak enak badan, sepertinya hanya tidak enak badan, dan masih bisa sekolah. Tapi ternyata pada saat makan, May Baby Nay tiba-tiba kejang sambil terduduk disekolahnya. Saya yang saat itu baru saja selesai mengantar Aidan sekolah, langsung mengebut dan gemetar menjemput Nay disekolahnya. Serangan pertama dan kedua berjarak 9 bulan disaat usianya 2 tahun.

Si Bungsu Faqih, diusianya yang hampir 2 tahun, juga sudah mengalami 2x episode FUS, sama seperti kakaknya, dengan jumlah kejang lebih banyak dan jarak lebih dekat.
​Episode pertama kejang tanpa demam si bungsu berawal ketika tiba waktunya bagi saya akhirnya tidak bisa menolak untuk menolak balik kampung. Karena satu dan lain hal. akhirnya kami membawa tripel Ainafa pulang ke Rengat, dari Pekanbaru sore hari, dan sampai Rengat malam perjalanan mobil. Nothing special. semua baik baik saja, Fay masih ceria, bermain seperti biasa. hingga sesampai di Rengat dia tidak mau makan, dan paginya masih tidak mau makan, minum dan muntah. oke masuk angin. Saya pergi mandi, dan Fay dengan papahnya. baru masuk kamar mandi terdengar suami saya menjerit, Faqih jatuh dari meja dirumah neneknya, dan tiba2 kaku, kejang mulut membiru.
Picture
UGD RSUD Indrasari Rengat, Faqih dan Aidan bersebelahan
Picture
malam hari di UGD RSUD Syafira, Pekanbaru,
Picture
My baby fay terkulai
Dan kami langsung bawa ke klinik. setelah menunggu lama, akhirnya diklinik diberi obat macam-macam, dan dibilang saya terlalu kuatir jadi Ibu. dan sesampai dirumah, sedang saya pangku, tidak ada 2 jam dari klinik sibungsu saya tiba-tiba terkulai, terdiam, kejang, saya menjerit. dan dengan hanya bercelana pendek saya bawa sibungsu ke klinik lain, terdekat dari rumah. dan Gada obat disana. lucu sekali. Saat itu saya meminta langsung bawa ke Pekanbaru.
Picture
Picture
Picture
Kami disarankan ke RSUD, dan kami langsung kesana, di UGD, menunggu lama dan disuntik obat, dan ga ada DSA available dihari minggu. Lucu sekali. what a wasting time. Dan kami meminta ambulans rujuk ke Pekanbaru, right away. meskipun realisasinya, sore hari menjelang maghrib kami baru naik ambulans.
Picture
dan kejadian lucu sekali yang ketiga [lucu sekali dalam hal sarcasm] saat kami panik di UGD dengan sibungsu dan tetek bengek prosedur ke Pekanbaru, Suami saya disuruh pulang ke rumah mertua buat packing all our belongings, dan setelah beberapa jam mereka datang dengan membawa Aidan yang berlumuran darah. Dia tertabrak motor didepan rumah neneknya. Terlepas, saat papahnya sibuk memasukan bawang ke mobil. 
Dan saya, berada di ambulans, berdua faqih yang ditidurkan obat, memangku, sambil berdoa dan khawatir tentang abangnya, yang barusaja kecelakaan lalu lintas dan tidak diobatin, langsung dibawa ke Pekanbaru juga pakai mobil, dengan papahnya dan Nay.
dan si sulung serta si bungsu dirawat inap bersebelahan dalam satu ruang yang sama, di RS Syafira. What a messy life.

Picture
Picture
Episode kedua kejang tanpa demam Faqih terjadi belum lama ini, saat kami serumah sakit batuk. Naira yang paling parah batuk, karena lama batuk dan kuatir kejang, nay opname 3 hari. 2 hari setelah sepulang Nay opname, Si bungsu muntah ditengah malam, masih aktif, masih makan masih minum. Dan di pagi yang tenang, setelah makan sarapan dengan semangat, si bungsu kejang saat sedang saya mandikan bersama Nay. tiba-tiba kepalanya terkulai terjatuh di lengan saya. Dan saya menjerit sekuat tenaga saya. It's breaking my heart. 
itu adalah kali ke 4 kejadian kejang tanpa demam, dan saya masih gemeteranan dan menangis, bahkan menuliskan ini saya masih bergetar.

Semua kejadian anak-anak saya sakit dan dirawat adalah bagian terhoror dalam hidup saya. melihat Aidan sakit lumpuhnya, melihat Naira pingsan kejang dan bibir membiru menghitam, again, it breaks my heart.

Definisi

Berdasarkan American Academy of Neurology, FUS didefinisikan dengan menggunakan kriteria dari International League Against Epilepsy (ELAE) yaitu rangkaian kejang pada seorang anak yang berumur lebih dari 1 bulan disertai pulihnya kesadaran diantara kejang dan tidak diketahui adanya faktor pemicu terjadinya terjadinya kejang seperti demam, trauma kepala, infeksi sistem syaraf pusat, tumor, atau kelainan metabolik seperti hipoglikemia serta obat-obatan. 
Kejang yang terjadi pertama kali dapat berupa kejang biasa, berulangnya kejang atau status epileptikus. Kejang yang berulang dalam satu hari dianggap sebagai satu episode kejang.

Etiologi

Penyebab dari FUS belum diketahui dan dikatakan tanpa pencetus jika tidak ditemukan penyebab kejang yang biasanya terjadi pada anak seperti hipoglikemi, hipokalsemia, gangguan elektrolit, paparan toksin, infeksi sitem syaraf pusat, trauma, tumor, iatrogenik seperti pada terbutakin dosis tinggi, klorpomazin, obat-obat imunosupresan, dan lain-lain.

Klasifikasi Kejang 

Kejang adalah gangguan akibat abnormalitas aktifitas sinkronisasi aliran listrik pada otak. Berdasarkan penyebab, kejang dibedakan menjadi dua yaitu:
  1. Kejang kriptogenik, adalah kejang yang tidak diketahui penyebabnya. kejang ini disebut juga first unprovoked seizure
  2. Kejang simptomatik, adalah kejang yang penyebab atau kemungkinan penyebab kerusakan otak dapat diketahui dan dapat meningkatkan risiko menajdi epilepsi. Kejang simptomatik ini dibedakan menjadi dua yaitu acute symptomatic seizure [kejang yang yang timbul setelah gangguan otak yang akut, yaitu dalam satu minggu sebelum terjadinya kejang]; dan remote symptomatic seizure [yaitu kejang yang timbul lama setelah adanya gangguan otak sebelumnya.]. Remote symptomatic seizure yang terjadi pertama kali juga dikelompokkan kedalam FUS.

Patofisiologi

Secara umum, kejang terjadi apabila neuron-neuron dalam area otak teraktivasi dengan cara sinkronisasi.
Aktivasi fokal sekelompok neuron kemudian menyebar ke neuron sekitarnya dan ke neuron-neuron jauh dalam aktivasi abnormal.
Terjadinya suatu kejang melibatkan berbagai macam aspek selular atau biokimiawi seperti gangguan fungsi kanal ion, level neurotransmitter, fungsi reseptor neurotransmittes, atau metabolisme energi yang mengganggu eksitabilitas neuron sehingga menimbulkan kejang.
Secara umum, depolarisasi diperantarai oleh neurotransmitter eksitatori yaitu glutamat dan aspartat. 
Peningkatan efektivitas sinaptik terjadi akibat meningkatnya ambilan reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) sehingga terjadi influks kalsium kedalam sel dan peningkatan eksitabilitas sel. 
Ketika proses eksitatori meningkat terjadi reduksi simultan sirkuit inhibisi sehingga manifestasi kejang berlangsung.

Diagnosis

First unprovoked seizure ditegakkan bersama dengan anamesis, pemeriksaan fisik, dan dibantu dengnan pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan penyebab kejang lainnya.
Berdasarkan anamesis ditanyakan mengenai jumlah episode kejang dalam satu hari, jika berulangnya kejang ditanyakan jarak antara kejang pertama dengan kejang terakhir, jenis kejang, durasi kejang, dan deskripsi periode postiktal.
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan menyingkirkan penyebab kejang yang lain seperti demam, penurunan kesadaran, tanda-tanda perdarahan intrakranial, gejala intoksifikasi, dan lainnya.
Sedangkan pemeriksaan penunjang dikerjakan sesuai indikasi dan klinis pasien seperti pemeriksaan laboratorium, elektroensefalografi atau pemeriksaan pencitraan.

Diagnosis banding 

Diagnosis banding FUS adalah acute symptomatic seizure yaitu bangkitan kejang yang terjadi akibat suatu pencetus sistemik berhubungan dengan kelainan pada otak atau kerusakan otak yang berhubungan dengan gangguan lobus temporal.
Akan dikatakan pencetus pada acute symptomatic seizure apabila kejadian tersebut berlangsung dalam kurun waktu satu minggu sebelum serangan. Pencetus tersebut dapat seperti stroke, kerusakan otak traumatik, ensefalopati anoksik, pembedahan intrakranial, diketahui mendertita subdural hematoma, infeksi sistem syaraf pusat yang aktif, fase aktif dari sklerosisi multipel atau penyakit autoimun lainnya, gangguan metabolik berat dalam kurun waktu 1 jam sebelum kejang, serta intoksinasi alkohol.

Pemeriksaan Penunjang 

Beberapa pemeriksaan penunjang yang diperlukan pada anak yang mengalami FUS seperti:
  1. Pemeriksaan Laboratorium 
  2. ​Elektroensefalografi (EEG)
  3. Pemeriksaan Pencitraan (MRI)​
Pemeriksaan laboratorium dikerjakan bersifat individual berdasarkan riwayat dan kondisi klinis pasien seperti muntah, diare, dehidrasi, dan tidak sadar. 
​
Skrining toksikologi dikerjakan jika dicurigai ada paparan atau kecanduan obat atau toksin. 
Elektroensefalografi (EEG) sangat berguna untuk mengidentifikasi jenis kejang, membantu mengklasifikasi kejang dan memperkirakan prognosis jangka panjang.
​Pemeriksaan EEG dapat membantu dalam mengenali ensefalopati, kejang subklinis, dan abnormalitas metabolik. Dengan melakukan EEG maka dapat mengungkapkan fokal epilepsi atau kelainan lateralisasi. Apabila memungkinkan, EEG harus diperoleh saat pasien terjaga dan tidur. 
Jika kejadian FUS merupakan kejang umum tonik klonik (kurang dari 10 menit) maka EEG tidak mutlak diperlukan, akan tetapi jika awitan kejang itu teidak disaksikan, maka sebaiknya dilakukan EEG.
Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan modalitas utama dalam pemeriksaan pencitraan dari pasien dengan kejang pencetus pertama kali.

Pemeriksaan MRI emergensi dikerjakan pada setiap anak dengan defisit postiktal (paresis Todd's) yang tidak segera membaik atau tidak kembali dalam beberapa jam pengamatan. 
Pemeriksaan MRI tidak emergensi dikerjakan pada pasien FUS disertai adanya kelainan neurologis seperti keterlambatan perkembangan global, kejang parsial, umur kurang dari satu tahun atau pada gambaran EEG tidak menunjukkan epilepsi parrsial benign atau epilepsi umum primer.


Computed Tomographyscan (CT Scan) bermanfaat pada pasien dengan riwayat trauma kepala. JIka tidak ada trauma kepala dan anak tampak normal maka pemeriksaan CT Scan tidak diperlukan.

Faktor Risiko Berulangnya Kejang 

Kelainan neurologis dan gambaran EEG epileptiform
Kelainan neurologis yang mendasari seperti retardasi mental, serebral palsi, pasca trauma kepala atau pasca infeksi sistem syaraf pusat sebelumnya, serta gambaran EEG epiletiform.
Kedua faktor tersebut bersifat menguatkan dan kehadiran keduanya pada pasien menjadikan risiko berulangnya kejang ; jika dibandingkan tanpa kedua atau salah satu faktor risiko tersebut.

Pada penelitian Multicenter epilepsy and single seizure (MESS), pasien dengan EEG normal dan gambaran neurologis normal berisiko paling rendah untuk berulangnya kejang yaitu: 20%, 25% dan 30% pada 1, 2 dan 4 tahun setelah FUS.
Umur saat kejang 
Beberapa penelitian observasional dan penelitian MESS dengan jumlah subyek yang besar menunjukkan tidak ada pengarun antara umur terhadap berulangnya kejang 
Tipe kejang 
Tidak terdapat cukup bukti yang mendukung tipe kejang tertentu terhadap risiko berulangnya pada FUS.
Durasi kejang 
Kejang menginduksi kerusakan hipokampus dan faktor risiko misalkan umur, kelainan neurologis, durasi kejang, dan juga predisposisi genetik dapat memperberat kerusakan hipokampus.

Beberapa penelitian eksperimental menunjukkan bahwa walaupun kejang berkepanjangan mungkin tidak menyebabkan kerusakan hipokampus dalam otak normal, akan tetapi kejang ini dapat mempengaruhi kemampuan belajar dan tingkah laku. 

Meskipun durasi kejang bukan merupakan faktor risiko yang mendukung terjadinya berulangnya kejang, akan tetapi pertimbangan pemberian pengobatan OAE bukan hanya untuk menurunkan risiko berulangnya kejang tetapi juga menurunkan risiko terjadinya kejang yang berkepanjangan bahkan status epileptikus.
Keadaan tidur
Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan risiko berulangnya kejang jika terjadi pada saat pasien tidur. Tidur pada saat kejang pertama menimbulkan risiko berulang sebesar 50% atau lebih pada kejadian berulangnya kejang.
Riwayat epilepsi dalam keluarga
Beberapa tipe epilepsi bersifat diturunkan melalui kode genetik dan berhubungan dengan kejadian kejang pada anggota keluarga lainnya. 
Belum didapatkan bukti yang mendukung terjadinya peningkatan risiko kejang berulang pada pasien dengan FUS yang memiliki riwayat epilepsi dalam keluarga.
Riwayat kejang demam kompleks sebelumnya 
Ditemukan peningkatan risiko berulangnya kejang pada pasien dengan riwayat kejang demam kompleks sebelumnya.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan angka berulangnya kejang bervariasi mulai dari 24% pada pasien tanpa faktor risiko hingga 65% atau lebih pada pasien yang memiliki dua atau lebih faktor risiko (misalnya riwayat epilepsi dalam keluarga, awitan parsial, gambaran EEG epileptiform, dan kelainan pada sistem syaraf pusat) 

Pengobatan

Pendekatan terhadap anak yang mengalami FUS merupakan hal yang penting dalam praktek neurologi klinis sehari-hari, untuk menentukan pertanyaan utama: Apakah perngobatan dengan Obat Anti Epilepsi (AED) harus dimulai atau tidak?
Alasan utama untuk meresepkan AED adalah untuk mencegah kejang lebih lanjut. Dengan demikian, terapi seperti itu dibenarkan ketika ada kemungkinan kejang yang masuk akal akan kambuh. Memutuskan untuk memulai pengobatan membutukan pertimbangan risiko efek samping obat terhadap konsekuensi psikososial dari kejang-kejang dimasa depan. 
​Pun begitu, pengobatan tidak akan memastikan bahwa kejang tidak akan kambuh, dan hanya menurunkan kemungkinan kekambuhan, itu juga menjadi pertimbangan tambahan untuk memulai terapi AED

Kenapa perlu diobati?

Alasan utama untuk memulai pengobatan adalah kekhawatiran akan risiko cedera fisik atau kematian akibat kejang berikutnya. Cendera serius akibat kejang pada anak adalah peristiwa yang langka, yang dapat terjadi setelah terjatuh atau kehilangan kesadaran.
Untuk mengurangi risiko itu maka direkomendasikan untuk pemberian batasan-batasan untuk setiap anak kecil, misalkan selelu bersepeda menggunakan helm ditrotoar daripada dijalanan, berenang hanya jika ditemani buddy, Mandi shower daripada berendam, kecuali mereka diawasi, dll.
Kematian mendadak yang tidak terduga pada anak-anak dengan epilepsi, untungnya sangat jarang terjadi. Ketika kematian terjadi pada anak-anak epilepsi, itu hampir selalu terkait dengan masalah neurologis atau jantung yang mendasarinya, daripada karena epilepsinya.
Sebuah studi populasi juga menemukan bahwa risiko kematian pada mereka dengan epilepsi onset pada masa kanak-kanak sama dengan populasi umum anak-anak tanpa gangguan neurologis yang signifikan. dan juga bahwa sejauh ini, tidak ada penelitian yang ditemukan yang meneliti apakah melakukan pengobatan pada anak dengan FUS akan menurunkan kemungkinan cedera serius atau kematian mendadak.
Perlu diketahui juga bahwa memutuskan mengambil pengobatan bukanlah tindakan yang mudah. Efek minum obat setiap hari dapat berpengaruh pada rasa percaya diri seorang anak. Seorang anak yang minum obat untuk durasi yang lama oleh teman, keluarga dan sekolahnya dianggap sebagai anak yang memiliki penyakit yang sudah berlangsung sejak lama.  Selain itu, pengobatan kronis untuk pengobatan kejang juga dapat menjadi beban bagi keluarga karena biayanya yang besar, dan dapat mempengaruhi kemampuan untuk mendapatkan asuransi kesehatan. Selain dari itu, ada juga kemungkinan saat remaja nanti yang dapat menjadi lebih rumit karena kekhawatiran ini, misalkan pada saat pengajuan SIM

Kejang berulang 

Risiko kumulatif kekambuhan FUS meningkat dari waktu ke waktu. Namun, dalam suatu studi dimana terdapat informasi menyebutkan bahwa sebagian besar kekambuhan terjadi dalam waktu 1 hingga 2 tahun pertama sejak pertama FUS. Pada waktu tertentu risiko kekambuhan yang dilaporkan sangat bervariasi.

Sebagian kecil anak-anak akan terus mengalami tidak hanya satu akan tetapi banyak kekambuhan. Suatu penelitian yang mengikutsertakan 207 anak dengan tindak lanjut selama 2 tahun, menemukan bahwa selain tingkat kekambuhan keseluruhan 54%, 26% dari anak-anak yang ikut serta dalam studi masih mengalami satu atau lebih kejang selama 6 bulan terakhir dari tindak lanjut penelitian, yaitu, lebih dari 18 bulan setelah peristiwa indeks.

Penelitian lain dengan tindak lanjut yang lebih lama, melibatkan 407 anak, dan mengikuti mereka selama kurun waktu rata-rata >10 tahun. Dari jumlah tersebut, 46% memiliki satu atau lebih kekambuhan selama periode waktu penelitian. Selama periode tindak lanjut yang diperpanjang, 19% anak-anak yang terlibat mengalami setidaknya 4 kejang dan 10% mengalami setidaknya 10 episode kejang. Beberapa anak dalam kedua penelitian berakhir dengan kejang yang tidak dapat disembuhkan.

Long story short

Dua organisasi ini, The American Acaddemy of Neurology dan the Practice Comittee of the Child Neurology Society dalam parameter praktek mereka menyebutkan bahwa: 
  1. Mayoritas anak-anak yang mengalami kejang pertama yang tidak beralasan (FUS) akan mengalami sedikit atau bahkan tidak ada kekambuhan kejang; hanya sekitar 10% yang mengalami banyak kekambuhan kejang terlepas dari terapi. 
  2. Pengobatan dengan AED setelah kejang pertama dengan setelah kejang kedua belut terbukti meningkatkan prognosis untuk remisi kejang jangka panjang 
  3. Pengobatan telah ditunjukkan dalam beberapa studi, menggabungkan anak-anak dan orang dewasa, untuk mengurangu risiko kekambuhan kejang. Terdapat hanya sedikit data dari penelitian yang hanya melibatkan anak-anak setelah kejang pertama. Terapi AED pada anak-anak yang memiliki setidaknya 2 kejang (epilepsi) memiliki potensi menginduksi efek samping farmakologis dan psikososial yang serius. Tidak ada data terpisah tang tersedia khusus untuk efek samping pengobatan pada anak-anak yang hanya mengalami kejang tunggal. Tidak ada bukti tentang apakah pengobatan khusus setelah kejang pertama mengubah risiko kematian mendadak yang tidak terduga pada pasien epilepsi pada anak-anak.
  4. Dua organisasi diatas tadi merekomendasikan keputusan apakah akan mengobati dengan AED setelah kejang pertama yang tidak beralasan pada anak atau remaja harus didasarkan pada penilaian risiko-manfaat yang mempertimbangkan risiko kejang lain (baik risiko statistik kekambuhan, dan konsekuensi potensial dari kekambuhan itu) terhadap risiko terapi AED kronis (kognitif, perilaku dan fisik, serta psikososial). Keputusan ini bersifat individual dan mempertimbangkan masalah medis dan preferensi pasien dan keluarga.
  5. Dua rekomendasi berikut dibuat bagi anak-anak dan remaja yang telah mengalami kejang pertama: (1) Pengobatan dengan AED tidak diindikasikan untuk pencegahan perkembangan epilepsi; (2) Pengobatan dengan AED dapat dipertimbangkan dalam keadaan dimana manfaat mengurangi risiko kejang kedua lebih besar daripada risiko efek samping farmakologis dan psikososial.

Pencegahan Kejang

Setelah melewati 4-episode kejang tanpa demam si kembar, setidaknya berikut yang saya ingat baik-baik dari saran dokter untuk mencegah kejang pada anak-anak
  1. Membatasi kegiatan fisik, Sikembar tidak boleh kelelahan secara fisik. Begitu sikembar terlihat berkeringat dan mulai terengah-engah nafasnya, kegiatan harus di stop, dipeluk dan ditenangkan. diam, istirahat.
  2. Tidak memperlihatkan apapun yang berwarna warni, berputar putar, seperti lampu terapi aidan yang bisa membuat aidan rileks, tetapi dapat memicu otak sikembar
  3. Mengkonsumsi makanan bergizi seimbang, kurangin bahkan no micin.
  4. Beristirahat dan tidur malam yang cukup
  5. Tidak boleh nonton dekat apalagi HP 
  6. Mengelola stress dengan baik, karena sikembar masih balita, jadi kamilah yang jadi orang tua yang harus mengelola stress kami. Pelaan.. segera nyebut saat intonasi meninggi dan darah mulai naik ke ubun-ubun.. dan sedikit-sedikit peluk, memastikan mereka si tripel AiNaFa tahu bahwa kami orang tuanya menyayangi mereka, 
  7. Tidak menganggap remeh keluhan sikembar sekecil apapun keluhannya. 
  8. Tutup telinga sebisa mungkin dari perkataan orang. terutama tentang: dikit-dikit opname, dikit-dikit ke RS, penyakit anak-anak, gampang, dikit-dikit DSA jadi ga mempan penyakitnya, makanan mewah2, boros, dkk dkk. my kids my rules! 

Pertolongan pertama

Picture
Sedangkan, pertolongan pertama pada saat menghadapi episode kejang pada anak:
  1. Baringkan penderita di tempat yang aman, jauhkan dari benda-benda berbahaya, hindari kerumunan 
  2. Dilarang memasukkan benda apapun ke dalam mulut selama penderita kejang 
  3. Longgarkan pakaian yang ketat, terutama dibagian leher/ jalan nafas penderita
  4. Posisikan kepala penderita miring kekanan atau kekiri, untuk mencegah muntahan masuk tertelan kedalam tenggorokan dan menghambat jalan nafas penderita
  5. Temani dan amati penderita saat kejang, pola kejangnya, durasi lama kejang, dan apa yang terjadi pada penderita pada saat kejang (membelalak, membiru, diam, terpejam, menggenggam, dll)  
  6. Posisikan penderita pasa "recovery position" dan panggil bantuan medis
  7. Segera bawa ke UGD [kata dokter, kalau setelah kejadian kejang anak sadar kembali dan beraktifitas seperti tidak terjadi apa apa, dengan catatan anak tidak ada keluhan sakit apapun sebelumnya, maka tidak apa apa jika tidak dibawa ke UGD]

Literatur:
  1. Deborah Melati, IGN Made Suwarba, Dewi Sutriani M, Komang Kari. FIRST UNPROVOKED SEIZURE PADA ANAK.  Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar. [MEDICINA. 2014;45:93-8]
  2. Ghofrani M. Approach To The First Unprovoked Seizure- PART I. Iran J Child Neurol. 2013 Summer; 7(3): 1- 5.
  3. Ghofrani M. Approach To The First Unprovoked Seizure- PART II. Iran J Child Neurol. 2013 Autumn; 7(4):1-5.


0 Comments



Leave a Reply.

    Life, is the classroom

    My_Life

    Means: My life in words
    ​
    Isinya kebanyakan curcol alias curhat colongan, kalimat-kalimat yang bersenandung dan berputar didalam kepala saya, yang saya tuangkan ke dalam sebuah cawan pensieve.
    Tulisan random kapansaja sesuai mood, jangan baper, terkadang saya bumbuin pakai garam, merica, cabe, penyedab, pewangi,
    Silakan di SKIP page ini jika anda ga perlu tahu menahu mengenai kehidupan saya dalam sudut pandang saya.


    "Formal Education will make you a living;
    ​
    Self education will make you a fortune."

    "Happiness is not something you postpone for the future;
    ​it is something you DESIGN for the present. for right NOW"

    You decide everyday to be happy by the choices you make every day.

    Archives

    January 2025
    October 2024
    June 2024
    April 2024
    May 2023
    November 2022
    October 2022
    March 2022
    August 2021
    July 2021
    December 2020
    February 2020
    January 2020
    October 2019
    April 2019
    March 2019
    February 2019
    January 2019
    August 2018
    January 2012

    Categories

    All

    RSS Feed

this page replacing my old blog page: https://mariacreativity.blogspot.com/
Site powered by Weebly. Managed by Exabytes - Indonesia