a blessing in disguise: something that seems bad or unlucky at first, but results in something good happening later. [https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/a-blessing-in-disguise] Coronavirus might be the biggest blessing in disguise for meSeriously? Blessing in disguise ini bisa dibilang sama seperti ada selalu hikmah yang bisa kita ambil dibalik segala sesuatu yang terjadi. Pun ini sama dengan pandemic Covid-19 yang masuk ke Indonesia sejak bulan Maret 2020. Dikantor, saya lumayan salah satu yang vocal dan takut banget tentang pandemic baru ini, yang pertama selain ini pandemic global,well.. saya epidemiologist btw, jadi mau bagaimanapun juga pasti saya lebih aware masalah ini dibanding yang lain Yang kedua saya juga punya baby Nay yang baru 3 bulan yang saya taruh di daycare karena saya tinggal kerja dimasa pandemic, trigger ketiga kenapa saya parno banget masalah pandemic ini adalah Mas Aidan yang masih sakit ga bisa ngapa-ngapain hanya tergeletak dirumah aja sampa ART. Dan saya pun saya itu baru masuk setelah cuti melahirkan, bulan Maret 2020 untuk extend kontrak, dan sempat mengambil keputusan ga extend kontrak karena pertimbangan sakitnya mas Aidan. Ya anak2, keluarga adalah sesuatu yang ga mungkin saya abaikan, dan kesampingkan demi pekerjaan. Dan akhirnya kami pun diberlakukan WFH (Work from Home) menjelang bulan puasa 2020. Selama bulan puasa kami dirumah aja, masuk ngantor seminggu Cuma 1x aja sih saya, itupun di Rumbai aja. Kenapa saya sebut Covid-19 ini blessing in disguise? Karena saya mendapatkan Blessing saat pandemic dan WFH yang diantaranya adalah, Saya punya waktu mengawal pemulihan sakit Mas Aidan Ini adalah blessing terbesar yang saya sangat syukuri saya selama WFH, Alhamdulillah bekerja untuk perusahaan sekelas Chevron yang sangat mementingkan masalah safety ga hanya untuk karyawan tapi juga buat BP nya. Dengan Mas Aidan dirumah, WFH sebenernya repot banget. Keteteran sekali. Saya kerja WFH kalau meeting2 standby, selain itu, saya kerja shift malam. Yang lain tidur saya kerja sambil standy ASI buat Baby Nay. oh iya.. selama Mas Aidan sakit saya terlatih sekali untuk begadang, karena setiap malam sejak sakit Mas Aidan selalu melolong kesakitan, sampai menjelang subuh. Yaah hampir dipastikan jam 11 an malem sampai jam 3 itu udah pasti. jam 4 subuh biasanya saya baru bisa tertidur. Pola tersebut terbawa hingga sekarang. Otomatis jam 11 an menjelang tengah malam saya akan terbangun, hingga jam 3 an pagi. Almost everyday. Selama WFH, bulan puasa, kami bisa memantau progress Mas Aidan, memberikan terapi mandiri, memperhatikan obat-obatnya yang masih perlu diminum, trus memotivasi Mas Aidan dengan memberikan perhatian dan kegiatan yang dia sukai. Tidak pernah terlintas sedikitpun dalam benak saya sebelumnya kalau ada ujian yang lebih berat dari masalah speech delay n tetek bengeknya Mas Aidan. Saya pikir itu sudah sangat berat, dan apa yang Allah kasih lihat ke saya, kalau it is just a dot in the universe. Mempunyai anak special tetapi sehat dan ceria is beyond everything yang patut saya syukuri. Mas Aidan senang sekali saat saya WFH dan hampir setiap hari dirumah.. Terkadang saya ngaudit mas aidan ikut main2 dokumennya, karena saya pakai spidol warna warni buat ngaudit. Atau hanya sekedar foto2 sefa selfi, V-call sama simbah, Pak Edi di Pemalang, atau ikut ngantar jemput Papap ke Kantor.. Selama dikantor, sebelum WFH saya memantau Mas Aidan melalui CCTV, Baby Nay mau tidak mau saya percayakan ke Abidari. didepan komputer kerja saya, selalu ada Hp nyala memperlihatkan Mas Aidan dirumah sedang ngapain aja. Dari CCTV saya bisa tau kalau Mas Aidan bengang bengong aja dikamar ber jam jam, ART dipanggil2 ga respons, atau parahnya ditinggal tidur ART, dan lihat bagaimana Mas Aidan diterapi. Jadi sebelum Covid-19 menyerang, kami panggil fisioterapis dari RSUD Arifin Ahmad buat datang nerapi Mas Aidan dirumah. seminggu 2x, sekalian mengajarkan kami cara menstimulasi mas Aidan secara mandiri. Beberapa gambar dibawah ini merupakan awal2 mas aidan mulai bergerak.. Alhamdulilllaah.. Puasa hari pertama, hari jum'at kliwon, Mas Aidan mulai melangkahkan kakinya untuk pertama kali.. dari mulai bisa meluruskan kaki dan dititah seperti bayi, trus Mas Aidan sendiri yang inisiatif gerak2in kakinya. Liat ekspresi muka mas Aidan itu luar biasa.. Masih meringis tapi mulai bisa gerakin kakinya aja sepertinya bahagiaaaaa sekali Mas Aidan Saat Mas Aidan sudah mulai berkurang sakitnya, sudah bisa duduk, dan saya WFH, mulailah saya memberikan aktifitas-aktifitas yang mas Aidan suka, biar pikirannya fresh lagi, tidak melulu tentang suramnya sakit, minum obat dan terkulai lemas. Dan memang benar, aktifitas2 ringan yang disukai mengungkit banyak motivasi buat Mas Aidan yang sudah berbulan-bulan hanya terkulai saja.. Alhamdulillah.. Tulang kaki / tungkai Mas Aidan sampai mengecil begitu.. seram dan kuatir sekali kami kalau sampai kedepannya mas Aidan jadi ada masalah dengan jalannya. Aktifitas mewarnai, mau main, menggambar, dll sebagai salah satu tanda mas Aidan udah mulai sembuh, at least psikisnya.. Selama WFH, saya juga bisa antar jemput si papap dan Baby Nay sekalian bawa jalan Mas Aidan.. Pagi yang nyetir suami, sembari saya morning meeting lewat HP, antar baby Nay dulu, sarapan, trus antar papap ngantor. Sorenya, saya bawa Mas Aidan lagi jemput Baby Nay, trus baru jemput papap. Dijalan panam sana kadang kami mampir hingga 30 an menit hanya untuk sekedar lihat alat berat yang jadi kesukaan mas Aidan.. Saya punya waktu bersama Baby NaySebenarnya sih memang anak ke-2 agak sedikit waktu tersedia dibandingkan pada saat anak pertama mas Aidan dulu, ya tentu saja karena sudah harus berbagi dengan Mas nya yang apalagi saat itu masih sakit. Alhasil saat new born pu sudah berbagi ga bisa lebih fokus ke Adek Naira saja. Tapi dengan seiring berjalan, saya WFH, Mas Aidan mulai sembuh, saya jadi bisa antar jemput Naira ke sekolah, sibuk dari subuh siapin MPASI, sering2 Naira ga masuk sekolah kalau kerjaan saya ga lagi banyak. saat WFH dan saya yang antar jemput Naira pun, bisa jam 9 atau bahkan jam 10 baru saya antar Naira, trus jam 2 dah saya jemput. Saya suka nangis didepan sekolah Naira, ga tega anak bayi dah dititipkan ke sekolah. Jadinya si papap take over antar jemput Naira kalau lagi sempat pulang cepat. Mpasi Naira saat 6 bulan alhamdulillah saya udah WFH, jadi ga gugup banget mesti bangun dari jam 3 subuh seperti saat dulu masih kerja, siapin bekal makan Mas Aidan disekolah - saya mesti mulai dari jam 3 pagi kalau tidak mau keteteran ga cukup waktunya. Si papap kerja di PU btw, pulang sampai rumah hampir selalu maghrib, belum lagi malemnya masih kerja lagi katanya.. emejing kan. kecuali kalau jemput Naira, paling sore jam 5 dah sampai rumah, karna sekolah dah tutup jam 5, dan tentu saja sudah saya telfon2 dari jam 3 suruh jemput Naira. Belum lagi kalau ditinggal dinas Luar kota, overwhelmed banget saiya itu.. Nyetir.. nyetir.. dan nyetir.. Sejak Naira 2 bulan, lepas 40 hari saya udah keluar nyetir, karena mas Aidan sakit, saya sempat ditinggal hampir 10 hari saat Mas Aidan berobat ke Malaka. jadi kemana mana sendiri kalau ada perlu. Setelah itu buat refresing antar jemput papap sambil bawa anak2 jalan, antar jemput Naira sekolah, sekalian bawa anak2 keliling dan saya pun biar ga stress. Saat kami berada di stadium 4 (versi kelas parenting bunda Onya). Having a newborn baby, selagi hamil anak ke tiga, setelah anak pertama sakit panjang, dan masa pandemi Covid yang mengharuskan saya WFH, tiap hari dirumah. Membuat kondisi kami kocar kacir. Gada yang senang dengan hal ini, semua capek, saya, suami, stress. Tapi, apa salah anak-anak? Hingga akhirnya suatu ketika dibulan July, jam 3 pagi saya bawa Naira check in di hotel pangeran, nnge-WA PM untuk cuti mendadak, dan besoknya jemput Mas Aidan, short escape bertiga saja. Apapun yang terjadi terjadilah. Itu sudah jadi prinsip saya sejak dulu. bahkan tidak ada selembar daunpun yang jatuh tanpa seizin Allah. Dialah Allah Yang menciptakan dan mengatur semua peristiwa, bagaimana mereka berawal dan berakhir. Dia pulalah yang menentukan setiap gerakan bintang-bintang di jagat raya, kondisi setiap yang hidup di bumi, cara hidup seseorang, apa yang akan dikatakannya, apa yang akan dihadapinya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur`an, hariini, hampir 10 bulan baby Nay sekolah, dan saya tidak menyesali menyekolahkan Naira sejak dini. Saya bersyukur melihat perkembangan Naira, apalagi terpantau dengan program disekolahnya, dan setiap hari ada kegiatan baru. Naira juga bisa bersosialisasi dengan baik, main dkk terstimulasi dengan baik disekolahnya. Saya membandingkan saat pertama dengan Mas Aidan dulu.. dirumah cuma ada kami bertiga, dengan si papap yang sibuk. dari pagi sampai sore, kadang malam saya cuma berdua dengan Mas Aidan, dirumah aja, dengan pengetahuan minim tentang pengasuhan anak. maklum anak pertama, gada panduan nya juga bagaimana mendidik Mas Aidan. jadi ya memang bisa benar judgement orang-orang kalau saya salah menerapkan pola asuh hingga mas Aidan seperti itu. Hal inilah yang menjadi trigger saya kali ini buat "tega" lebih milih kerja dan menyekolahkan Naira; daripada seperti dulu, memilih resign demi mengurus Mas Aidan. Lagian kami nda asal ya menyekolahkan Naira, kami pilih sekolah yang insyaAllah bagus lah, ga ngasal ke tempat penitipan Anak. Dari awal Naira masuk di usia 2 bulan lebih yang terdiri dari 5 anak murid baby smart class, hingga 6 bulan terakhir hanya 3 anak saja yang tersisa, karena yang dua lagi udah naik kelas ke PAUD. InsyaAllah, Allah menjaga anak-anak kami dimanapun mereka berada.
Harapan saya dapat cowok satu lagi langsung dikabulkan AllahPada awalnya saya sangat yakin cukup dengan 2 anak saja. Meskipun si papap masih mau lagi, saya ga mau. Hingga suatu malam, saya membaca sebuah kisah di quora. Jadi, singkatnya ada 3 bersaudara, yang tertua laki-laki (Anak berkebutuhan Khusus), dan yang kedua ketiga perempuan. Yang kedua sudah menikah, Bapakknya meninggal, hingga tersisalah ibu dan anak bungsu perempuan yang bahu membahu mengurus sang kakak yang luar biasa mereka sayangi. saking sayangnya dan kuatir dengan masa depan sang kakak, maka si adik bungsu ini berkisah bahwa dia berjanji tidak akan menikah. Kisah tersebut membuat saya terdiam berjam-jam setelah membacanya, saya diam hingga subuh, hingga suami saya bangun. trus besok malamnya baru saya cerita ke suami, dan saya bertekad harus ada anak satu lagi, cowok. untuk membantu Naira besok menjaga Mas Aidan. Jika sampai terjadi sesuatu pada kami, orang tuanya. Demi Allah, tidak ada niat sedikitpun untuk membebani anak2, kami saya dan suami selama masih diberi umur InsyaAllah tidak akan pernah berpaling dari kewajiban kami sebagai orang tua. Tapi tidak ada yang tau masa depan. dan setidaknya kami sudah merasakan sendiri, dengan banyak saudara, ada saudara, dapat saling membantu dimasa depan. Dan, dengan sangat tidak terduga doa saya langsung dikabulkan oleh Allah. Sepertinya tidak sampai 1 minggu saya sampaikan suami tentang masalah ini, dan saya hami lagi. hahaha.. Alhamdulillah.. Allah mengabulkan doa kita sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Apabila doa kita ada yang belum dikabulkan oleh Allah, mungkin apa yang kita inginkan itu bukanlah kebutuhan kita menurut Allah. Karena Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk kita. Ga Enaknya WFH dan Pandemic Covid-19Awal-awal pandemi Covid-19, kami masih ngantor seperti biasa,, udah mulai tensi naik karena takut dengar berita tentang pandemic. Trus mulailah kondisi ga kondusif lagi, akhirnya WFH terjadwal, selang seling, sesekali masuk, dan begitulah. Sebelum full WFH, saya sempat masuk seminggu sekali buat eksekusi integrated audit nya HIS Remediation, di Rumbai aja. Kantor Main Office Rumbai luar biasa sepiii... serem juga. Pas bulan puasa, sambil bawa pumping, musim hujan. Tapi, setelah 8 bulanan WFH, saya beneran deh rindu ngantor, kerja dikantor, ketemu n sharing sm teman2 kantor.. Bekerja sambil refresh otak dan pikiran. dan sekali lagi bersyukur bekerja buat perusahaan sekelas Chevron, bisa WFH daat pandemi, berbulan-bulan WFH, full payment. Alhamdulillah. Saat WFH beneran, full time, beneran, asli, Suntuk banget. The art of doing nothing nya udah over quota, gada apa apa lagi.. tiap pagi morning meeting lewat webex, udah gitu doang. absensi, daily target apa, diawal awal WFH masih seru. trus si awal2 WFH tiap jumat sore ada closing meeting, dari awal seru, lama2 jarang yang join, garing, hingga menghilang begitu aja gada kabar gada yang nanyain kabar closing meetingnya.. miris. Meeting, dkk via webex. atau MS Team Laptop-laptop, laptop Telfon-telfon-telfon Gada sosialisasi Diawal-awal WFH banyak kendala, dari mulai jaringan, sinyal, telkomsel - indihome yang sempat lost beberapa minggu, belum lagi ART yang ga pengertian n bawel minta ampun, hingga saya mesti kerja keluar dari rumah, dimobil atau dicafe. WFH membuat saya jadi tau banget kondisi rumah bersama para ART dan membuat saya sakit kepala hingga saya berhentikan itu para ART saya. beberapa kali bebrapa bulan saya sendiri aja dirumah gada ART yang bikin sakit kepala. meski lagi hamil anak ke-3, rasanya lebih tenang ga pake ART dan menjalankan rumah sesuai aturan saya, dan yang terpenting saya bisa kerja dengan tenang. Sebelum WFH dan memutuskan Naira sekoah, kami sempat pakai ART dari yayasan, and see what happen? Naira beberapa kali dibawa kekamar dan itu embak tidur. gila! Cukup sekian dulu catatan kali ini.. setelah sekian bulan offlinee...
0 Comments
Ini adalah pengalaman melahirkan saya yang kedua dengan operasi sesar, setelah dulu mas Aidan. Sebenarnya, saya itu penakut, apalagi dengan rasa sakit. dan penjijik, apalagi jika dipegang-pegang atau diapain gitu lah sama orang. Kemarin dokter sama bidan nya sampai bilang gini, laah gimana bu, katanya mau lahiran normal, nanti kalo waktu lahiran bakal setiap jam lho di cek.. hiiiyaaakss... Jadinya saya sebenarnya tidak keberatan sama sekali dengan operasi sesar. Hanya saja, pengalaman operasi sesar yang pertama dulu dan proses penyembuhannya sungguh membuat saya trauma lahir batin, hingga sampai 7 tahun lamanya saya tak berani nambah baby. Akan tetapi, karena pengalaman kedua inilah lagi saya juga lebih berhati-hati dan mempersiapkan hal-hal lain dengan baik, terutama mental. Terlepas dari perdebatan tentang "lebih sakit" mana antara operasi sesar dengan normal, saya hanya ingin melukiskan betapa pandangan masyarakat terutama yang belum terbuka wawasan sangat diskriminatif terhadap perempuan yang melahirkan secara operasi sesar. Hal tersebut tentu saja saya alami sendiri, terutama pada saat melahirkan Mas Aidan. ouugh.. luar biasa. Sakitnya mendapatkan perlakuan diskriminatif melebihi sakit nya penyembuhan operasi itu sendiri. Hal yang sangat membekas bagi saya dulu tentang perlakuan diskriminatif ini adalah, saat dokter SPOG saya akhirnya memutuskan untuk operasi SC setelah 2 hari, 2x obat, saya dikirim ke RS dengan menggunakan ambulans. Didalam ambulans dengan hati takut dan gemetar itulah saya sayup-sayup mendengarkan suami saya menelfon/ditelfon berganti-ganti dan ada yang ngomong kalau kenapa saya SC? karena saya banyak dosa, banyak salah. Oooh ya ampuun.. Kalaupun benar saya banyak sekali dosanya bagai buih dilautan, teganya ngomongin ke orang yang lagi GJ (ga jelas) bakalan hidup atau mati setelah melahirkan. Teganya, saya sedang menggigil ketakutan didalam ambulans dikasih omongan seperti itu, langsunglah saya kalau meninggal disambar api neraka karna banyak dosa. Haruskah disebut begitu ke orang-orang dalam keadaan seperti itu? Terlalu kejam buat saya yang kata orang mulutnya tajam. Bisa jadi, itu adalah kalimat terakhir lho yang anda sampaikan ke saya, bisa jadi saya meninggal saat melahirkan atau operasi. Ga bisa ya berkata yang menenangkan dikit? Hmmm.. Pasti belum pernah operasi besar kan ya? Ya sudahlah, dimaafkan.. ^^ Asupan NutrisiSelama masa kehamilan kedua saya, bisa dibilang sangat kooperatif dengan makanan. Kalau bumil lain hamil muda malas/ga nafsu makan, seperti saat saya hamil Mas Aidan dulu; Lain halnya dengan kehamilan baby Nay. Saya puas makan. Bahkan hamil muda, bulan puasa, saya selalu menghabiskan 1 porsi nasi padang minas, yang pada saat tidak hamil biasanya makan cuma 1/4 atau 1/3 porsi. Emejing! Saya juga luar biasa cemilannya. Saya hampir selalu bawa buah-buahan, saya paling suka bawa anggur hitam, apel, delima, dkk. List bekal saya saat berangkat ke kantor: Nasi sarapan pagi, buah-an, kolak/burjo, biskuit, Air kelapa vita coco 1 liter, air putih dingin, dan tentu saja, teh. Tiap setengah jam saya cemal cemil. Mungkin kalo dihitung, 8 jam kerja 2 jam makan aja saya kemarin. wkwkwk.. Jenis makanan untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi saya selama hamil dan menyusui bisa dibilang sama aja, karena saya gada namanya ngidam makanan khusus. Trus, mindset saya, makanan ga perlu yang aneh-aneh atau susah, saya mesti happy biar baby nya juga happy. Makananpun yang wajar-wajar aja, sayur buah, protein, nasi. Ke 4 foto diatas mewakili beberapa jenis menu makanan utama saya yang minimalis, dikatong. Gada protein? adaa.. Namanya juga pencitraan, yang dipost yang minimal2 aja.. wkwkwk.. dan tentusaja, tips langsing dari saya dari dulu sama, Makanlah sesudah lapar dan berhentilah sebelum kenyang. Jadi, jangan jadikan alasan hamil dan menyusui menjadikan kita makan banyak tak terukur.. yang ada menggendats tak terkendali. Segala sesuatu yang berlebihan gakan bagus juga koq. Bumil mesti HappyWhat makes me happy selama hamil? Yang pertama have fun sama keluarga.. Mas Aidan, Suami, apapun kondisinya.. meski Mas Aidan sakit. Bukan berarti mengecilkan sakitnya ya,, kami tetap bawa Mas Aidan kesana kemari berobat, tapi jangan juga kami suntuk stress apalagi Mas Aidan. Meski sakit, psikisnya ga boleh sakit. Harus happy Trus tentu saja karena ingat, ada baby girl diperut yang gada salah apa-apa, harus di protect semaksimal saya mampu. Yang kedua, Makanan... wkwkwk.. Entah kenapa selama hamil setelah lebaran, dikantor jadi banyak makanan. wkwkwk.. Ada aja yg ntraktir makan, bawa makanan free dkk.. Banyak juga, bahkan hampir setiap hari ada yang bagi makanan buat bumil.. hahaha.. 고마워 gumawo.. ^^ Alhamdulillah, semoga berkah.. Yang ketiga, woles aja.. Kerjaan, rumah, anak, suami, dinikmatin saja.. dijalani sebisanya.. semua ada masanya.. ^^ Serius, saya nulis ini dan masukkin foto-foto ini jadi rindu ngantor. Kenyamanan bumilBantal Hamil itu perlu banget. Ueenak banget lah pokoknya kalau pake bantal hamil. Bahkan saya berebut sama Mas Aidan. Setelah tau enaknya tidur pakai bantal mama, huuuh.. berpindah tangan langsung. sampai sekarang bantal hamil jadi barang dalam kekuasaan Mas Aidan. Baju hamil, sepatu, tas dkk yang nyaman. Berhubung hamil menggendats tiap minggu naik 1 kg, saya jadi jahit baju2 hamil. Saya lebih suka jahit sih, daripada keliling mall cari baju banyak yang ga cocok, berkali kali coba ga pas, ya udah beli bahan aja trus jahit, udah. Pas dibadan, gada yang nyamain. Maunya sih gitu.. Tapi tetap aja ada baju saya yang miriiip banget sm baju Mas Abe, warna dan motifnya.. serasa kembaran gitu Kursi di kamar mandi. Jadi selama hamil saya mandi pakai kursi, Kursinya yang kuat ya, tidak licin juga. buat pegangan, minimalisir gerakan dengan posisi yang tidak aman, dan tentusaja biar aktifitas di kamar mandi lebih aman dan nyaman Persiapan MelahirkanPengalaman tidak menyenangkan saat persalinan pertama membuat saya mengalokasikan dana khusus untuk keperluan melahirkan saya. Termasuk dalam hal ini pemilihan RS, dokter, pembiasaan RS, keperluan baby newborn, dan terutama kesiapan mental. Untuk pemilihan RS dan dokter SPOG, setidaknya saya sudah mencoba ke 3 RS yang berbeda, dengan konsultasi ke 6 dokter SPOG yang berbeda. Ya tujuannya biar saya dapat membedakan dokter mana yang paling bisa membuat saya nyaman, tenang dan tentu saja saya bisa mempercayakan baby saya dan hidup saya ke beliau ini. Koq bisa 6 dokter berbeda dalam 9 bulan? Bisa dong.. Saya setidaknya setiap 3 minggu sekali konsultasi/cek ke dokter, jadi ga setiap bulan. Kadang malah baru 2 minggu udah balik usg lagi. Saya selalu excited buat lihat baby melalui USG.. wkwkwk.. Pemilihan RS, setidaknya saya sudah mencoba ke 3 RS yang berbeda. Saya memilih RS yang pro melahirkan normal, dan pro asi ekslusif. Naah kemudian dapatlah kesimpulan akhir dimana saya akan melahirkan. Dokter ini, RS ini pro lahiran normal. Tidak mau mengambil keputusan SC tanpa indikasi medis yang jelas, meskipun saya ada riwayat SC sebelumnya. Untuk persiapan mental, saya tidak memikirkan harus normal atau SC. Saya hanya berusaha agar bisa normal, meskipun saya penakut dan penjijik, saya selalu konsultasi setiap ada keluhan dan ikuti saran dokter. kan tetapi kalaupun saya jatuh lagi ke SC ya lillahi ta'ala. Jadi, mau SC atau normal, itu sudah ketetapan Allah. Ga usah disesali, yang ngerasai sakit dkk juga saya sendiri. Terkait persiapan mental juga, saya rutin ikut senam hamil di RS ini, tiap hari sabtu pagi. Naah senam hamil ini sebenarnya ditujukan untuk yang lahiran normal. pengajar senam hamil ini selalu berganti antara bidan satu dengan yang lain, dan ada sharing session nya. And, lucky me saya rajin senam jadi pas tengah malam saya ke UGD karena mau melahirkan dan bahkan saat dirawat di rg perawatan, bidan-bidan nya udah familiar, dan serasa udah kenal, karena pernah diajar mereka senam hamil. Jadi secara perasaan ga asing, itu sangat membantu mengurangi stress dan panik saat akan operasi. Trus, jangan lupa juga.. pada saat kontrol bulanan ke dokter mulai juga cari informasi mengenai paket-paket melahirkan. Saya collect informasi dari RS Syafira dan RS Awal Bros Sudirman Pekanbaru. Disitu akhirnya kami putuskan ambil paket melahirkan Junior Suite, yang ada tambahan bed dan sofa buat mas Aidan tidur dan buat yang menunggu. Saya ga ingin juga nyusahin orang yang membantu saya saat proses melahirkan juga kan. mana Mas Aidan juga masih sakit. Awalnya saya niat dan semangat 45 buat lahiran normal. setidaknya saya harus memberanikan diri mencoba sekali seumur hidup saya. Apalah mau dikata, Ketuban saya pecah pyaah jam 10 an malam. waktu itu hari jum'at, siangnya saya kontrol ke SPOG dan pertama kalinya dicek dalam yang negosiasinya sampai 30 menitan. sama dokter dibilang kepalanya belum turun, dan dikasih waktu 3 hari buat saya menurunkan baby Nay dengan cara jalanjalan kaki. Jadi, habis dari SPOG jalan kakilah saya, siang siang, pulang kerumah keliling di rumah, sore masih pula jalan kaki ke masjid annur. pulang dari urut Mas Aidan Pakde Agus sampai, ngobrol dulu sebentar. Kira-kira 5 menit suami saya tertidur, saya sama Mas Aidan tiba-tiba ada bunyi klek-klek 2x, kenceng kaya bunyi kayu dipatahin. Langsung saya melompat dari kamar tidur dan pyaah.. satu langkah dari pitu kamar saya terhenti, pecaah!! pyuurrrr.. air ketuban tumpah ruah dilantai. emejing. Langsung saya menjerit, suami saya langsung melompat dan cepat2 ganti baju masuk mobil. Gada crita Mas Aidan belum tidur masih nangis2 langsung kami tinggal ke RS. Didalam mobil, kenceng dikit,, pyuuurrr... mengalir itu ketuban.. wkwkwk.. saya suruh suami "pah pelan pah" jawab suami "kalo pelan kapan sampainya??" iya juga pikir saya Drama banget lah pokoknya malam itu Sampai di UGD RS Awal bros, jalan dengan tetesan ketuban (OMG..) dan bed di ugd penuh cuy. jadilah saya masuk ruangan dengan bed yang cuma pake matras tipis, bukan untuk melahirkan. Diruangan itu saya negosiasi lagi sm bidan sekitar 30 menitan lagi buat dicek dalam lagi.. OMG saya sesar aja mba.. saya bilang gitu.. wkwkwk.. Trus suami bidan keluar, ditinggal saya sendiri diruangan dingin dengan baju basah. Sebelum akhirnya saya diangkut ke ruang persiapan operasi . Singkat cerita langsunglah saya dioperasi malam itu juga. jam 1 pagi hari sabtu. Alhamdulillah selamat, sehat, lancar Persiapan bayi baru lahirPersiapan didatangi para penjenguk, tentusaja, dipaksain mandi biar ga bau meski ngilu-ngilu (wkwkwk..), dipaksain gerak, jalan dan beraktifitas biar ga dikomen males lagi kaya dulu... trus kamar jangan berantakan, Jadi Persiapannya ada yang saya tata dikopor didalam mobil sejak mulai cuti hamil, trus yang lain dirumah. Lucunya.. pas tiba melahirkan di RS, saya karna ngikuti saran di youtuber2 mengenai barang2 apa yang mesti disiapin buat melahirkan, jadilah saya cuma bawa baju ganti 1 buah longdress (saran cuma 1 saya tambah celana jeans 1), baju dedek bayi juga cuma sepasang + terusan 1 (saran cuma 1 saya tambah) dkk, yang limited jumlahnya. Walhasil, kekurangan! wkwkwk.. saya sampai beli daleman di minimarket RS hahahaha! Baju newborn karena pengalaman mas aidan yang hanya sebentar pakai bajunya, saya beli sedikit aja stok baju newborn, mungkin hanya sekitar 20 pasang saja, selain itu stok baju baby mas aidan masih banyak. Baju cewek, atau kalau nenek aidan bilang Baju Kombang, Stok baju cantik ini lumayan banyak.. wkwkwk.. meskipun masih lama makainya. Entah kenapa mata saya berbinar lihat baju cewek cantik2. Sekali belanja ke toko bayi, bisa 5an biji terangkut. Popok, Naira ga pakai beli popok. Masih pakai punya Mas Aidan yang tersimpan rapi dan tinggal dicuci ulang sampai wangi. Hemat. lagian popok terpakai mungkin cuma 3 mingguan, setelah itu udah saya pakaikan celana aja sekalian Gurita - Naira ga pakai gurita. Gurita warisan mas aidan buanyak banget dan tersimpan rapi di lemari Bedong Bedong mas aidan dulu buanyyyak banget, udah pada hilang dan tersisa separuh, cuma ya itu.. perasaan ini baby Nay kasian amat dapat barang warisan semua.. jadilah tetap banyak beli bedong kekinian yang berwarna warni, lembut dan karakter buat baby nay Hand sanitizer Ini perlu banget, karena baby newborn kan masih rentan banget. Lagian kita ga tau kan ada apa sama tangan kita atau tangan penjenguk, jadi paksa mereka semua pake hand sanitizer sebelum menyentuh baby kita. Itu hak ortu lho Stoller - Stroller baby punya mas Aidan masih ada dan sudah dicuci bersih sama nenek, tapi stroler 7 tahun yang lalu dan disimpan digudang. Jadi busa pegangannya udah mengeras, ada besi2 yang berkarat juga dan terlihat terlalu besar. Akhirnya kami beli lagi lah yang lebih minimalis. Gimana ya, rasanya koq gimanaaa gitu Baby Nay cantik udah banyak pakai barang mas aidan masih pula jalan2 pake stroler mas aidan yang cowok banget. Perlengkapan tidur, diantaranya: selimut, baby box, mainan, perlak, bedong, gendongan dkk perlengkapan Mandi, diantarnya: handuk, sabun shampoo, minyak telon Diapers Dipakaikan kalau mau bawa Baby Nay pergi aja, sama kalau ART ga ada, biar cucian ga begitu banyak. wkwkkwk.. Tissu Basah/kering. Ini saya beli sekaligus banyak. Jaman Mas Aidan saya pakai tissu basah bukan main banyak komentar. boroslah, ini itulah. Padahal lebih praktis dibandingkan pakai kapas. Saya sedia kapas juga sih, just in case dikomentarin, saya ada kapas tinggal kasih air semau yg komentar dkk banyaklah nek mau ditulis Perlengkapan MengASIhiPerlengkapan mengasihi, diantaranya ini termasuk selimut/kain penutup ASI, pompa elektrik, botol-botol ASIP, botol media pemberian ASIP, Sterilizer, Steamer, kulkas khusus ASIP, blue ice, tas ASIP, kantong ASIP, breast pads, Cup feeder, pipiet ASI, botol dot, kain penutup ASI, Minggu pertama melahirkan, saya masih di RS, tepatnya 5 hari pertama. Setelah pulang ke rumah, baby Nay masuk minggu ke-2 saya mulai pumping ASI, buat merangsang produksi ASI dan juga mulai stok persiapan ditinggal kerja. minggu pertama pumping saya dapat paling 20 ml - 40 ml ASI saja, tentu saja, karena demand baby Nay kan juga masih sedikit. masuk minggu kedua, udah lumayan banyak lah.. dua hari sekali dapat 80 ml dengan setiap harinya masih 20-40 ml. itu saya pake pompa elektrik spectra plus. Meski rajin pumping, PD saya tetap bengkak dan tidak terkosongkan sempurna. Kalau dipaksain pumping sakit bro.. minggu ke-3 pumping, karena terpicu tayangan di youtube tentang baiknya pumping dengan perah tangan, saya pun mencoba perah ASI dengan jari-jari tangan saja. dan saya lebih cocok dengan metode perah jari manual. walhasil, pompa elektrik saya masuk kotak, dan sampai sekarang saya perah manual. PD tidak sakit saat diperah, tidak bengkak, dan hasilnya banyak lho. dalam sehari saya bisa saving 2 botol ASIP atau sekitar 250 ml. Itu sambil full dbf (direct breast feeding) ke Baby Nay. Baby Nay 2 bulan, kulkas ASIP saya udah full.. saya punya sekitar 45 pcs botol kaca ASIP yang udah terisi full, dengan puluhan ASIP dalam kantong ASIP plastik. Alhamdulillah.. mingu depan mulai kerja lagi, semoga baby Nay sehat-sehat dan ASI Deraasss dipumping
aamiin. Sebagai epidemiologist, setidaknya saya merasa seperti ada hutang jika tidak mengulas mengenai kejadian pandemi yang sekarang sedang terjadi di Wuhan, Tiongkok sana. Kejadian outbreak ini membuat saya terngiang-ngiang dan berimajinasi melakukan penyelidikan epidemiology dan melakukan critical appraisal, seperti hari-hari yang saya lalui saat kuliah magister epidemiology. How time flies.. jika ingat ini, maka semangat memuncak mengingat target saya kuliah lagi saat 40 tahun. Yaah.. set up target aja buat motivasi, tercapai syukuur, tidak ya rajin-rajin aja memotivasi suami buat lanjut.. OK Pah?? wkwkkwk.. Latar BelakangAwal tahun 2020 ini, infeksi 2019-nCoV menjadi masalah kesehatan dunia yang diawali dari informasi WHO mengenai adanya kasus cluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kasus ini terus berkembang hingga akhirnya diketahui bahwa penyebab kluster pneumonia ini adalah novel coronavirus. Hingga saat ini kasus ini terus berkembang hingga terjadi banyak kematian dan importasi diluar China. Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai berat. Setidaknya ada dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang menimbulkan gejala berat seperti MERS CoV (Middle East Respiratory Syndrome) dan SARS-CoV (Severe Acute Respiratory Syndome). Novel coronavirus (2019-nCoV) adalah virus jenis baru dan belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Virus ini termasuk zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Berdasarkan penelitian, virus SARS CoV ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia; sedangkan MERS CoV dari unta ke manusia. Corona VirusHuman corona virusCommon human coronaviruses: Alpha corona virus (229E; NL63) dan Beta corona virus (OC43; HKU1). anusia diseluruh dunia biasanya terinfeksi human coronaviruses 229E, NL63, OC43 dan HKU1 Manifestasi klinis biasanya muncul dalam 2 hari - 14 hari setelah paparan. Tanda dan gejala umum infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernafasan akut (seperti: demam, batuk, sesak nafas); pada kasus yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernafasan akut, gagal ginjal dan bahkan kematian. 31 Desember 2019 : WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. 7 Januari 2020 : Cina mengidentifikasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya itu sebagai jenis baru coronavirus (Novel coronavirus, 2019-nCoV). Penambahan jumlah kasus 2019-nCoV berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran keluar wilayah Wuhan dan negara lain. s/d 26 Januari 2020 : Secara global terdapat 1.320 kasus konfirm di 10 negara, dengan 41 kematian (CFR 3.1%), dengan rincian: Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan sebagian besar adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernafas dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas dikedua paru-paru. Menurut hasil penyelidikan epidemiologi awal, sebagian besar kasus di Wuhan memiliki riwayat bekerja, menangani atau pengunjung yang sering berkunjung ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan. Sampai saat ini penyebab penularan masih belum diketahui secara pasti. Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi adalah dengan mencuci tangan secara teratur, menerapkan etika batuk dan bersin, memasak daging dan telur sampai matang, serta menghindari kontak dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit pernafasan seperti batuk dan bersin. SurveilansTujuan utama dari pelaksanaan surveilans ini antara lain:
DefinisiPasien dalam pengawasan (saat ini istilah suspek) adalah seseorang yang mengalami:
Seseorang sengan ISPA ringan sampai berat, dalam waktu 14 hari sebelum sakit memiliki salah satu dari paparan berikut:
Orang dalam pemantauan
Termasuk Kontak Erat adalah:
Kasus Probabel Pasien dalam pengawasan yang diperiksa untuk 2019-nCoV tetapi inkonklusid (tidak dapat disimpulkan) atau seseorang dengan hasil konfirmasi positif pan-coronavirus atau beta coronavirus Kasus Konfirmasi Seseorang yang terinfeksi 2019-nCoV dengan hasil pemeriksaan laboratorium positif. Referensi:
Have my heart set on epidemiologyEpidemiology is the study of diseases in given populations. Epidemiologists examine how and where disease outbreaks start, how diseases are transmitted among individuals in a population and how to effectively treat those diseases. The information gathered and analyzed by epidemiologists is then used to develop or improve clinical and medical research, as well as improve preventative healthcare. It’s safe to say that countless lives have been saved due to the work of epidemiologists. (https://www.publichealthonline.org/epidemiology/)
Kabut Asap akibat pembakaran hutan di Riau tahun ini sangat terasa mengganggu. Tentusaja karena saat ini kami stay menetap di Pekanbaru. Jadi otomatis kami jadi korban langsung dari bencana kabut asap ini. Dan itu terjadi beberapa bulan, setidaknya dari bukan Juli, hingga sekarang Oktober. Kami sudah 2x mengungsi, bulan Agustus dan September. Tahapan mengungsi yang kedua juga agak drama, karena kabut asap yang luar biasa pekat selama berminggu-minggu membuat sekolah Mas Aidan diliburkan, dan saya yang harus tetap bekerja cemas amat sangat kalau kabut asap ini berakibat ke janin yang saya kandung, serta kabut asap yang sampai membuat saya sesak nafas. Kejadian kebakaran hutan ini juga terjadi berulang hampir setiap tahun yang diakibatkan oleh terbakarnya hutan khususnya lahan gambut di Riau. Tahun ini kabut asap itu datang lebih lama dan lebih tebal. Beberapa penerbangan dihentikan, sekolah ditutup berminggu-minggu, banyak masyarakat yang menderita ISPA, dan kehidupan masyarakat Riau terganggu. Hal ini membuat saya seperti punya hutang artikel buat blog terkait kabut asap ini, tapi saya juga tidak ingin hanya sekedar menceritakan ngungsi mengungsi kami. Jadi, berikut ini saya sumaariin artikel mengenai bencana kabut asap dan karhutla, dari sumber yang valid, seperti saat studi literatur waktu kuliah dulu. Baca-baca, kumpul-kumpul ini itu, summarriiin. Dikutip dari berbagai sumber, berikut saya coba rangkumkan sebuah artikel terkait dengan kebakaran hutan dan lahan, yang di tahun 2019 ini saya alami langsung selama beberapa bulan, terkena langsung dampak nya dan begitu terasa memprihatinkan. Artikel yang saya rangkum ini memang bukan terkait kebakaran 2019 ya, karena final reportnya sepertinya belum saya dapat juga siiih... happy reading! Kebakaran hutan di Indonesia hampir selalu terjadi pada musim kemarau, yaitu pada bulan Agustus, September, dan Oktober, atau pada masa peralihan (transisi). Wilayah hutan di Indonesia yang berpotensi terbakar antara lain di Pulau Sumatera (Riau, Jambi, Sumut, dan Sumsel) dan di Pulau Kalimantan (Kalbar, Kaltim, dan Kalsel). Penyebab kebakaran hutan dan lahan di Indonesia secara umum disebabkan oleh dua faktor. Pertama, karena faktor kelalaian manusia yang sedang melaksanakan aktivitasnya di dalam hutan. Kedua, karena faktor kesengajaan, yaitu kesengajaan manusia yang membuka lahan dan perkebunan dengan cara membakar. Kebakaran hutan karena faktor kelalaian manusia jauh lebih kecil dibanding dengan faktor kesengajaan membakar hutan. Pembukaan lahan dengan cara membakar dilakukan pada saat pembukaan lahan baru atau untuk peremajaan tanaman industry pada wilayah hutan. Pembukaan lahan dengan cara membakar biayanya murah, tapi jelas cara ini tidak bertanggung jawab dan menimbulkan dampak yang sangat luas. Kerugian yang ditimbulkannya juga sangat besar. Kebakaran Hutan dan Lahan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan. Asap kebakaran hutan dapat mengganggu kesehatan masyarakat dan menimbulkan penyakit infeksi pada saliran pernapasan (ispa) serta kelancaran transportasi akibat visibility yang jelek. Kebakaran hutan yang luas dapat mengganggu masyarakat negara tetangga, dan bila tidak segera diatasi dapat mengakibatkan penilaian negatif masyarakat internasional terhadap pemerintah Indonesia. Latar Belakang Kebakaran Hutan dan Lahan (KARHUTLA) Di masa lalu membakar hutan merupakan suatu metode praktis untuk membuka lahan. Pada awalnya banyak dipraktekkan oleh para peladang tradisional atau peladang berpindah. Namun karena biayanya yang sangat murah, praktek membakar hutan dan lahan banyak diadopsi oleh perusahaan-perusahaan kehutanan dan perkebunan. Motif pembakaran hutan dan lahan kemudian diaplikasikan oleh perusahaan kelapa sawit karena lebih efektif dari pada melakukannya dengan menggunakan cara konvensional dengan penebasan dan bahan kimia. Selain itu, dengan melakukan pembakaran dapat menaikkan PH hingga 5-6 yang cocok untuk menanam kelapa sawit. Berdasarkan tipe bahan bakar dan sifat pembakarannya, kebakaran hutan dan lahan dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe, yaitu:
Kebakaran hutan dan lahan antara lain karena faktor alam, biasanya terjadi pada musim kemarau ketika cuaca sangat panas dan faktor pembakaran oleh manusia. Sebab utama dari kebakaran adalah pembukaan lahan yang meliputi:
Sejak Kapan Kabut Asap Terjadi. Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang menyelimuti sejumlah wilayah di Sumatra dan Kalimantan beberapa waktu belakangan ini, telah mengganggu kehidupan masyarakat. Kondisi tersebut terjadi hampir setiap tahun, khususnya di musim kemarau. Pembakaran hutan dan lahan sudah terjadi di Riau sejak 1997, dengan kejadian beberapa kebakaran hutan yang hebat tercatat secara ringkas sebagai berikut. Kebakaran hebat pertama yang merupakan akibat gabungan antara pengelolaan hutan yang tidak benar dan fenomena iklim El Nino menghancurkan 3,2 juta Ha, dimana 2,7 juta Ha merupakan hutan tropis (Schindler dkk, 1989). Tahun 1997-1998 Kebakaran yang besar kembali terjadi. Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) memperkirankan 13 juta Ha hutan dan lahan yang terdampak akibat terbakar ini. Sementara menurut Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) bersama Asian Development Bank (ADB) mengestimasi 9,75 juta Ha (BBC Indonesia 2015). Perhatian meluas terhadap kejadian kebakaran ini pada tahun 1999, di mana kabut asap sampai ke Malaysia dan Singapura. Pada Tahun 2005 jumlah titik api tertinggi di Riau mencapai 23.094 titik api. Pada tahun 2013, kabut asap terjadi dua kali dalam satu tahun. Fenomena yang berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya yang hanya terjadi satu tahun sekali. Berdasarkan pengukuran kualitas udara yang dilakukan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) tahun 2013, kondisi asap yang ditimbulkan oleh kebakaran menunjukkan rata-rata konsentrasi partikel mencapai 670 μgr. BNPB memperkirakan lebih dari sekitar 43 juta jiwa penduduk Indonesia terpapar oleh kabut asap akibat kebakaran hutan. Hal ini menimbulkan kerugian secara ekonomi hingga mencapai Rp 200 Trilliun. Selanjutnya kebakaran besar terjadi pada tahun 2015, menurut data KementrianLingkungan Hidup dan Kehutanan menunjukkan total luas kebakaran hutan 2,61 juta Ha (Kontan.co.id, 2016). Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat setidaknya terdapat 95 titik panas sumber kabut asap di Sumatra dan 61 titik panas di Kalimantan. Penyebaran kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan yang terjadi menyelimuti wilayah Sumatra Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Setidaknya 22, 6 juta jiwa menjadi korban di Sumatra dan 3 juta jiwa di Kalimantan korban asap akibat kebakaran hutan dan lahan tersebut.Menurut Departemen Kehutanan, luas lahan hutan yang terbakar tahun 2015 mencapai lebih dari 60.000 hektar dengan 140 titik api. Kabut asap akibat kebakaran hutan menyebabkan konsentrasi partikel asap dan debu naik hingga 10 kali lipat dari rata-rata pada wilayah penduduk di daerah rawan kebakaran hutan. Sebab Terjadinya Kabut AsapPenyebab utama kabut asap adalah pembakaran hutan dan lahan dan Kapolri menyebutkan bahwa 90% dari ke bakaran hutan di Riau adalah karena dibakar, yang mengindikasikan bahwa faktor manusia paling berperan dalam terjadinya kabut pembakaran hutan itu. Siapa yang membakar? Bisa perusahaan yang membuka lahan untuk HTI atau perkebunan bisa juga individu yang membuka lahan untuk berkebun. Pada Tahun 2014 ini, Menteri Kehutanan menyebutkan bahwa ada 120.000 hektar lahan di Riau yang terbakar. Salah satu penyebab kebakaran hutan adalah proses land clearing, yaitu kebakaran hutan karena pembukaan lahan untuk perkebunan sawit, pembangunan industri kayu yang tidak diikuti dengan pembangunan hutan tanaman, besarnya kesempatan yang diberikan pemerintah kepada pengusaha untuk melakukan konvensi lahan menjadi perkebunan monokultur skala besar seperti perkebunan kayu dan perkebunan sawit serta penegakan hukum yang lamban untuk mensikapi tindakan konvensi dan pembakaran yang dilakukan Secara umum ada tiga pemanfaatan kebakaran di Indonesia:
Sebagai alat pembukaan lahan, para pemilik lahan membakar melampaui batas-batas konsesi mereka atau pihak-pihak yang tidak memiliki hak formal terhadap lahan membakar lahan dan lantas mengklaim lahan tersebut. Tanpa adanya penegakan hukum yang efektif, tidak akan ada pengendalian. Dengan besarnya keuntungan dari hasil tanaman seperti kelapa sawit, terdapat insentif yang kuat untuk melanjutkan praktik ini. Analisis oleh Center for International Forestry Research (CIFOR) memberikan contoh peran pembakaran dalam industri minyak kelapa sawit yang menguntungkan. Penelitian pada 11 situs di luar perkebunan yang dikonsesikan di empat kabupaten di Riau, CIFOR menyimpulkan bahwa pembakaran hutan untuk pembebasan dan pembukaan lahan menghasilkan arus kas setidaknya sebesar 3.077 dolar AS per hektar kelapa sawit hanya dalam waktu tiga tahun saja.5 Walaupun proses produksinya melibatkan cara-cara ilegal dalam pembukaan lahannya, minyak kelapa sawit yang dihasilkan diproses di fasilitas yang sama dengan buah kelapa sawit yang dihasilkan secara legal. Lalu kedua jenis minyak tersebut dijual untuk konsumsi. Jika setiap hektar lahan yang terbakar pada tahun 2015 diubah menjadi perkebunan kelapa sawit, nilainya dapat mencapai sekitar 8 miliar dolar AS, menunjukkan tingginya laba yang dapat dihasilkan dalam waktu singkat. Buruknya pengaturan dan tata kelola lahan memungkinkan berlanjutnya kegiatan yang bersifat merusak secara ekologis ini. Lahan gambut menjadi sasaran karena umumnya lahan- lahan tersebut tidak berpenghuni dan umumya bebas dari klaim yang tumpang tindih. Dua foto diatas juga sepertinya bisa menggambarkan salah satu efek tidak terlihat dari bencana kabut asap yang terjadi selama berbulan-bulan. Buat kami yang bekerja dilokasi remote area, masih harus kelapangan dalam kondisi udarar yang tidak sehat (mereka, saya sih engga.. ) maka pemakaian masker HEPA yang jarang dilakukan dan hanya sesekali sedikit menghibur ditengah kepungan sesak oleh asap.. wkwkwk... Berapa Kerugian Akibat Kabut Asap. Kerugian akibat kabut asap tidak hanya matreril tetapi juga immaterial. Diperkirakan kerugian materil mencapai 20 trilyun rupiah atau 3 tahun APBD Riau, selain itu ada 38.744 penderita ISPA di Riau, Standar Polusi Udara di Pekanbaru mencapai 310 Psi atau sangat ber-bahaya, ada puluhan penerbangan yang ditunda, lebih dari 10 hari pelajar di beberapa Kota dan Kabupaten di Provinsi Riau tidak dapat menikmati pendidikan karena diliburkan, ada 120.000 hektar lahan hutan yang menjadi kritis, lebih dari 100 milyar dana disediakan pemerintah untuk memadamkan api, dan lebih dari dua bulan kehidupan masyarakat tidak normal.Kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan sangat besar terhadap kehidupan manusia maupun terhadap kehidupan mahluk hidup lainnya baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain: Dampak Ekologi Mengganggu proses ekologi antara lain suksesi alami, produksi bahan organic dan proses dekomposisi, siklus unsure hara, siklus hidrologi dan pembentukan tanah. Selain itu mengganggu fungsi hutan sebagai pengatur iklim dan penyerap karbon. Lebih jauh dapat merusak Daerah Aliran Sungai (DAS). Hilangnya keberagaman hayati dan ekosistemnya. Kebakaran juga melepaskan banyak emisi karbon dan gas rumah kaca ke atmosfer yang memperburuk perubahan iklim. Dampak Ekonomi Hilangnya hasil hutan (kayu dan non kayu). Terganggunya aktifitas ekonomi baik dari sektor perkebunan, transportasi, pariwisata, perdagangan dan sebagainya. Biaya pengobatan terhadap gangguan kesehatan, dan biaya langsung untuk memadamkan api. Dampak Kesehatan Gangguan pernapasan ringat sampai akut. Asap yang dihasilkan dari kebakaran mengandung sejumlah gas dan partikel yang berbahaya seperti sulfur dioksida (SO2), karbon monoksida (CO), formaldehid, akrelin, benzene, nitrogen oksida (NOx) dan ozon (O3). Dampak langsung dari kebakaran hutan sebagai berikut.
Meskipun demikian, besarnya kerugian dan dampak tersebut tak mampu membuat penegakan hukum terkait kebakaran hutan dan lahan serta kabut asap disikapi dengan bijak dan tuntas. Padahal kebakaran hutan dan lahan serta kabut asap telah terjadi selama bertahun-tahun tanpa ada perlindungan terhadap hutan sebagai bagian dari lingkungan hidup buat masyarakat dan penegakan hukum terhadap penyebab kebakaran hutan dan lahan. Selain itu, hal ini juga merefleksikan bahwa ada sesuatu yang salah dengan pengelolaan kehutanan dan perkebunan di Indonesia. Dikutip dari Laporan pengetahuan Lanskap Berkelanjutan Indonesia: 1 – Kerugian dan kebakaran Hutan, Analisa Dampak (World bank Group) Menurut pemerintah, 2,6 juta hektar lahan dan hutan telah terbakar antara bulan Juni dan Oktober 2015,1 setara dengan ukuran empat setengah kali lipat Pulau Bali. Kebakaran yang diakibatkan ulah manusia tersebut – lebih dari 100.000 kebakaran-kebakaran dilakukan untuk mempersiapkan lahan pertanian dan untuk memperoleh tanah secara murah. Dengan tidak diterapkannya pola pembakaran yang terkendali maupun penegakan hokum yang memadai, kebakaran menjadi tidak terkendali, didorong oleh kekeringan dan diperburuk dengan pengaruh El Niño. Kerugian ekonomi dan lingkungan yang luas ini berulang setiap tahun. Hanya beberapa ratus bisnis dan beberapa ribu petani saja yang memperoleh keuntungan dari praktik-praktik spekulasi tanah dan perkebunan. Sementara puluhan juta rakyat Indonesia yang lain menderita kerugian dengan adanya pengeluaran biaya kesehatan dan gangguan ekonomi. Pada tahun 2015, kerugian bagi negara Indonesia akibat kebakaran diperkirakan mencapai Rp 221 triliun (16,1 miliar dolar AS). Pengeringan dan konversi lahan gambut, yang terutama didorong oleh produksi minyak kelapa sawit, berkontribusi terhadap peningkatan intensitas kabut asap dari kebakaran. Sekitar 33 persen dari jumlah lahan yang terbakar merupakan lahan gambut, yang menyebabkan kabut asap berbahaya yang menyelimuti wilayah Indonesia dan kawasan sekitarnya, mengganggu perhubungan, perdagangan, dan pariwisata, memaksa penutupan sekolah-sekolah, dan memperburuk kesehatan warga setempat. Kebakaran tahun 2015 itu juga berkontribusi secara signifikan terhadap emisi gas rumah kaca (GRK) di Indonesia. Pembakaran telah lama menjadi alat pertanian di Indonesia. Secara tidak resmi, proses pembakaran juga berperan penting dalam pembukaan lahan. Sehingga sementara banyak yang dirugikan akibat meluasnya kebakaran dan kabut asap, sejumlah pihak memperoleh keuntungan besar. Bank Dunia memperkirakan bahwa kebakaran di Indonesia di tahun 2015 menelan biaya setidaknya Rp 221 triliun (16,1 dolar AS) atau setara dengan 1,9 persen dari PDB tahun 2015. Angka ini lebih dari dua kali lipat biaya rekonstruksi pasca tsunami Aceh. Analisis ini memperkirakan dampak terhadap pertanian, kehutanan, perdagangan, pariwisata, dan perhubungan. Efek jangka pendek dari paparan kabut asap terhadap kesehatan dan penutupan sekolah juga disertakan. Biaya lainnya yang diketahui mencakup biaya terkait lingkungan hidup, tanggap darurat, dan pemadaman kebakaran. Namun, perkiraan ini belum sepenuhnya mengidentifikasi dampak kesehatan jangka panjang akibat keterpaparan yang berkelanjutan terhadap kabut asap, maupun hilangnya semua layanan ekosistem. Selain itu, perkiraan tersebut tidak menyertakan kerugian secara regional maupun global. Perkiraan yang disajikan di sini mencakup periode 1 Juni - 31 Oktober 2015 dan 2,4 juta dari 2,6 juta hektar lahan – atau 94 persen – dari daerah yang terbakar di Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Riau, Jambi, dan Papua. Analisis ini menggunakan metodologi kajian bencana yang dikembangkan oleh Komisi Ekonomi PBB untuk Amerika Latin dan Karibia (UN Economic Commission 1 for Latin America and the Caribbean, ECLAC). Biaya didasarkan pada analisis dari jenis lahan yang terbakar sebagaimana dilaporkan oleh Pemerintah Indonesia. Sektor pertanian dan kehutanan Sektor pertanian dan kehutanan telah menderita kerugian dan kerusakan yang diperkirakan sebesar Rp 120 triliun (8.8 miliar dolar AS) pada tahun 2015. Kerusakan sektor pertanian termasuk kerusakan infrastruktur dan peralatan, sedangkan kerugiannya mencakup biaya rehabilitasi lahan yang terbakar untuk penanaman dan hilangnya pendapatan produksi selama periode rehabilitasi ini. Kebakaran tahun 2015 diperkirakan menyebabkan kerugian tambahan sekitar Rp 11 triliun (800 juta dolar AS) per tahun untuk tiga tahun ke depan terkait dengan perkebunan (misalnya, kelapa sawit, karet, dan kelapa) dan lima tahun berikutnya untuk hutan. Kerusakan tanaman perkebunan membawa dampak bagi perusahaan-perusahaan dan para petani pemilik lahan perkebunan kecil. Kerusakan tanaman pangan (Rp 23,7 triliun) menyebabkan penurunan pendapatan para petani dan dapat membawa dampak kepada ketahanan pangan. Kerugian sektor kehutanan, sebesar Rp 54 triliun (3,9 miliar dolar AS), merupakan nilai yang hilang dari kayu dan biaya reboisasi. Biaya untuk lingkungan hidup cukup besar, hingga 26 persen dari total; dan termasuk hilangnya keanekaragaman hayati (menggunakan nilai yang ditetapkan pemerintah mengenai keanekaragaman hayati per hektar), serta kerugian layanan ekosistem. Karena dampaknya terhadap layanan ekosistem sangat sulit untuk diukur, penilaian berfokus pada satu layanan tunggal yang hilang – yaitu penyimpanan karbon9 Hilangnya kapasitas penyimpanan karbon merupakan biaya terbesar dari kebakaran tersebut, menekankan dampaknya secara global. Sektor perhubungan Tingginya kadar kabut asap sepanjang bulan September dan Oktober mengakibatkan kerugian sebesar Rp 5,1 triliun (372 juta dolar AS) bagi sektor perhubungan. Sebagian besar kerugian tersebut ditanggung oleh pelabuhan, karena pengiriman muatan terganggu oleh buruknya jarak pandang. Biaya perhubungan berkontribusi terhadap pertumbuhan yang lebih lambat di sektor jasa perdagangan, yang mengalami kerugian sebesar Rp 18,3 triliun (1.3 miliar dolar AS). Sektor pariwisata Sektor pariwisata mengalami kerugian sebesar Rp 5,5 triliun (399 juta dolar AS) dalam pendapatan akibat kebakaran dan kabut asap. Sektor manufaktur dan pertambangan Kerugian yang diderita oleh sektor manufaktur dan pertambangan mencapai Rp 8,4 triliun (610 juta dolar AS). Aspek Kesehatan Kabut asap juga telah berkontribusi terhadap kematian 19 orang dan lebih dari 500.000 kasus infeksi saluran pernafasan akut. Biaya kesehatan langsung mencapai Rp 2.1 triliun (151 juta dolar AS). Biaya jangka panjangnya belum dapat diukur. Penelitian yang ada menunjukkan paparan jangka panjang terhadap polusi udara berkorelasi dengan peningkatan penyakit gangguan jantung dan pernapasan kronis. Sebuah studi tentang efek dari krisis kabut asap Indonesia tahun 1998 terhadap kematian janin, bayi, dan anak batita menunjukkan bahwa polusi udara menyebabkan jumlah anakanak yang mampu bertahan hidup menurun sebesar 15.600 anak. Penutupan sekolah Kabut asap juga memaksa penutupan sekolah hingga 34 hari, yang mengakibatkan kerugian sebesar Rp 540 miliar (34 juta dolar AS).14 Dalam beberapa kasus, sekolah ditutup selama berminggu-minggu, mewajibkan para guru untuk mengakomodasi pemberian pekerjaan rumah. Kondisi ini semakin parah pada bulan Oktober, yang berdampak terhadap 24.773 sekolah dan 4.692.537 siswa. Biaya perawatan anak dan upah yang hilang meningkat ketika orang tua harus menjaga anak-anak yang biasanya berada di sekolah; biaya ini tidak masuk dalam penelitian Bank Dunia. Dalam jangka panjang, penutupan sekolah yang berkepanjangan ini dapat berkontribusi terhadap tingkat kelulusan yang lebih rendah, terutama jika sulit untuk menambah jumlah hari guna menggantikan hari sekolah yang hilang. Biaya lainnya – Dampak terhadap flora dan fauna Dampak sepenuhnya dari kebakaran dan kabut asap sistemik Indonesia terhadap flora dan fauna tidak diketahui. Kebakaran menghancurkan keberagaman genetika alamiah, yang membantu spesies beradaptasi agar tahan terhadap parasit dan penyakit menular. Biomassa yang terbakar menghasilkan cikal bakal (precursor) dari ozon (O3) di tingkat dasar (troposfer), yang berdampak terhadap pertumbuhan tanaman dan fotosintesis serta menyebabkan efek jangka panjang pada struktur dan fungsi ekosistem. Ozon telah terbukti mengurangi hasil tanaman pangan utama dan mempengaruhi kualitas gizi dari gandum, beras dan kedelai. Ozon dapat pula mengurangi kapasitas lahan untuk dapat bertindak sebagai penyerap karbon. Material partikulat dalam kabut asap juga telah terbukti mengurangi curah hujan lokal, yang pada gilirannya, dapat berdampak pada tanaman yang baru ditanam Paparan berkepanjangan terhadap kabut asap juga dapat menyebabkan “efek gunung berapi”, yaitu, penurunan produktivitas tanaman dalam jangka pendek akibat paparan sinar matahari yang terbatas dan efek merusak pada fisiologi tanaman dan proses fotosintesis. Dalam jangka panjang, hal tersebut dapat menyebabkan melemahnya kemampuan spesies tanaman secara keseluruhan untuk pulih dari guncangan akibat paparan kumulatif terhadap tekanan. Dalam kasus yang ekstrem, paparan kabut asap dapat mempengaruhi kemampuan suatu spesies untuk bertahan hidup. Kebakaran dan kabut asap juga berpengaruh negatif terhadap para penyerbuk, yang pada gilirannya mempengaruhi produksi pertanian. Paparan kabut asap yang kronis menciptakan tekanan berkelanjutan terhadap lingkungan, yang dampaknya terhadap produktivitas dan evolusi belum diketahui. Krisis kebakaran yang sifatnya berulang di Indonesia sangat memprihatinkan. Spesies dapat beradaptasi, namun adaptasi tidak selalu menguntungkan atau mungkin dilakukan. Kebakaran menghilangkan organisme hidup yang ada di tanah, dan membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum spesies perintis ini bisa berkolonisasi lagi. Lebih memprihatinkan lagi adalah tekanan terhadap lingkungan hidup dalam jangka panjang, yang akhirnya akan mengarah pada titik kritis. Setelah itu, ekosistem akan berubah secara permanen dan tidak dapat dikembalikan lagi seperti kondisi semula. Bagaimana atau kapan ekosistem akan berubah tidaklah diketahui. Tetapi dampak dari proses tersebut dapat menjangkau jauh melampaui batas wilayah Indonesia. Reference:
4.17.2019; 9.42 PM
Saya tidak pernah sebelumnya ijin ke suami tentang postingan saya, dan jika ada yang menyangkut suami saya dan keluarganya, biasanya dia akan terdiam. Seperti kena freeze agak Sejam, dua jam, 3 jam, sehari, dua hari, tiga hari, tapi mungkin dia sudah hafal kalau saya stubborn. Sama dengan tulisan saya kali ini, mungkin akan membuat suami saya tercengang. Salah siapa, lebih suka ngobrol dengan teman saripada sama saya. Ya sutralah saya tulisaja daripada saya kepikiran & ga bisa tidur, Ya paling nanti postingannya discan atau disapu bersih sama suami saya. --- Karena suatu hal, saya akhirnya menyebutkan kalimat ini ke suami saya, bahwa mungkin selamanya kita akan seperti ini, hidup terpisah. Atau mungkin kamu baru bisa tinggal full dengan Mas Aidan saat saya sudah meninggal. Suami saya hanya diam. Sehingga hal itu membuat pikiran saya kemana-mana dan teringat akan beberapa nasihat perkawinan yang saya ceritakan dan sarankan kepada teman-teman saya yang mau menikah. Mungkin saya belum begitu pantas untuk memberikan nasihat perkawinan, karena usia pernikahan saya baru berumur tahunan, akan masuk ke 8 tahun di tahun ini. Hampir semua teman-teman saya itu menanyakan ke saya, kenapa saya hidup seperti ini, terpisah saya disini suami disana, kerja kesana kemari, pindah-pindah, apakah menyenangkan long distance marriage (LDM) itu. Beberapa ada yang berencana langsung LDM setelah menikah, karena melihat saya baik-baik saja dengan kondisi seperti itu. Banyak juga yang menjalani LDM itu, karena ritme kerja kami yang begini ini. Tapi, selalu saya sampaikan ke teman-teman saya yang akan menikah itu, bahwa, kondisi ideal suatu pernikahan itu adalah tinggal bersama. Apalagi saat tahun-tahun pertama menikah, dimana itu masih sangat rawan dan banyak ujian menurut pengalaman saya. Meski sudah merasa kenal bertahun-tahun, trust me, you will get surprised by each other. Trus, karena kondisi ideal nya adalah bersama, jadi siapapun termasuk pernikahan saya, itu tidak ideal dan ga perlu ditiru. Usahakan sebisa mungkin agar ideal, at least kamu udah mencoba dan udah tahu bagaimana rasanya. Setelah itu, terserah kalian karena kalian yang tahu apa yang terbaik buat kalian. Tapi meskipun tidak ideal, bukan berarti menjalani pernikahan seperti saya juga tidak menyenangkan. its fun dan kami happy bisa ambil win-win solution buat semua keluarga, meski memang tidak ideal. Karena honestly, buat saya, sebenarnya hidup sendiri itu berat. Mungkin kalau saya kenal dilan, dia mau membantu saya menanggung semua beban berat itu. Bisa dibilang, dari 8 tahun saya menikah, 80%nya adalah LDM, hanya hitungan 2-3 hari saja ada suami, pernah tiap 3 minggu, 2 minggu sekali, sebulan sekali, atau sekarang yang saya udah dipekanbaru saja seminggu sekali; yang paling parah bisa lebih dari sebulan sekali baru ada suami. Yah it’s ok sih, saya sudah terbiasa, bukan terbiasa sebenarnya, tapi membiasakan diri. Selalu ada pilihan, tapi pilihan yang lain lebih menyeramkan buat saya dibandingkan tinggal berdua dengan Mas Aidan saja. Kemudian, karena terbiasa tinggal terpisah dan hidup sendiri sendiri, saat terlalu lama bersama juga jadi aneh. Karena saya dan suami banyak perbedaannya. Misalkan saja, dari kebiasaan ber hp ria. Saya adalah orang yang hampir selalu silent hp saat dirumah. Saya jarang hampir tidak pernah mengobrol lewat hp dirumah, jangankan mengobrol, hamper semua telfon masuk selalu miss saya angkat. Saya juga main hp untuk bersosmed ria atau browsing2, tapi saat mas aidan tidur atau paling hanya hitungan menit Cuma cek hp, baca doang, nge reply nda. Saya juga tipikal orang yang tidak banyak teman, sehingga gada yang nelfon selain suami saya. Keluarga saya juga bukan tipikal yang suka nelfon, paling komunikasi lewat grup keluarga; karena mengerti kami sudah pada berkeluarga dan sibuk dengan hidup masing-masing, sehingga tidak perlu kuatir, kami pasti akan menelfon dan pasti selalu ingat keluarga kami meskipun tidak menelefon. Sedangkan suami saya, dia tipikal orang yang sibuk, supel, banyak teman. HPnya tidak berhenti berdering. Kadang kalau mengobrol lewat telfon bisa berjam jam, lama, entah apa yang dibicarain. Dari teman, keluarga, atasan, entah siapa lagi mereka yang menelfon saya sudah tidak peduli lagi. Sampai ada satu nama yang saya ingat betul, meskipun laki-laki saya dengarnya seperti ngobrol pacaran. Aneh, telfonan koq sampai mojok, lama, padahal udah ketemu di kantor dan janjian ketemuan diluar. Bisa saya hitung, saat tinggal bersama dengan suami saya, 8-10 jam dia dikantor, 2-3 jam menelfon n main hp, 2-3jam olahraga atau nonton tv, 8 jam tidur. See? Jadinya wajar sekali, hp suami saya sering masuk aquarium sama aidan, tanpa saya komando. Dari segi makanan, kami berbeda 100%. Makanan suami saya adalah cara Sumatra yang super pedas, seberapapun jumlah cabe yang saya masak, hampir selalu kurang pedas bagi dia, belum lagi rasanya yang tentusaja berbeda dengan rasa masakan mama mertua saya. Jadi, setelah beberapa tahun saya berhenti masak buat suami saya, kalau suami saya pulang, ya udah beli aja, tinggal ke restoran, atau call go food. Saya memasak untuk makan mas aidan dan saya, pake resep masakan rumah versi ibu saya. Masakan jawa. Saking jengkelnya, saya sampai pernah tulis pengumuman begini: “Sepertinya, semua orang didunia ini yang pernah menjadi anak juga tahu, kalau masakan Ibu adalah masakan yang paling enak di dunia ini. Karena dari masakannya lah, dari suapan tangannya lah kita pertama kali merasakan suatu makanan. Jadi ga perlu dibandingkan dengan masakan orang tua, karena tidak aka nada bandinganya. Sama dengan saya, buat saya, masakan paling enak adalah masakan Ibu saya. Jadi, mari memasak makanan versi Ibu masing-masing” penetapan ini sangat menguntungkan posisi saya sebenarnya.. wkwkwkwk.. karena saya jadi punya alasan untuk tidak memasak dan membuatkan minuman atau apalah itu. Saya hanya perlu memasak untuk mas aidan dan diri saya sendiri. Dan ada temanku nyeletuk begini. Trus, kalau suami mba maria minta dimasakin orang lain, perempuan lain gimana mba? Jawabku, dengan hati yang sebenarnya sedih, “terserah suamiku lah”.”Bukan saya yang tidak mau memasak untuknya, masakanku saja yang selalu saja tidak cocok dengan selera suamiku, daripada saya melihat suamiku makan seolah terpaksa dan mau muntah.” Saya Cuma ingat baik-baik saja pesan ibu, salah satu nasihat pernikahan dari ibu dulu, kalau suami istri harus saling mengerti, ga usah dipikir dalam-dalam nanti stress, berusaha sebaik kamu bisa tapi jangan lupa menikmati hidup kamu. Trus, karena lingkungan kerja saya didominasi oleh laki-laki, hamper selalu saya satu-satunya perempuan dalam tim, sehingga sering berpergian atau sekedar makan bersama laki-laki dan saya aja yang perempuan; saya pernah bertanya kepada teman kerja saya, apakah istri kamu ga marah kamu pergi sama saya, karena saya pribadi agak segan sebenarnya. Kalau saya tau suami saya pergi makan berdua dengan perempuan, habislah. Haha. Jangankan yang seperti itu, saat suami saya cerita kerjaan dan sebut nama perempuan yang katanya teman saya satu almamater yang saya ga pedulikan siapa itu,(sebut saja namanya bunga bangkai), lagi lagi bunga bangkai disebut sebut, saya hentakin gelas kuat kuat ke lantai (niat saya saat itu mau meremukkan gelas itu buat pamer kekuatan, sayang gagal.. hahahaha) trus sambil melotot saya warning suami saya "sekali lagi kamu sebut nama perempuan lain depan saya ini ... ... ... (Avada kedavra!) !" Rata-rata sih mereka bilang engga. Engga marah. dan ketawa setelah saya tau saya akan marah hanya karena hal seperti itu. Kan teman kantor. Hanya saja, hampir selalu saya memikirkan istri-istri mereka dirumah, bagaimana perasaan mereka. Itulah yang membatasi saya tidak terlalu open bercerita ini itu dengan teman kantor saya yang lelaki. Saya mencoba menjaga perasaan istri-istri mereka, seperti halnya saya tidak ingin suami saya dekat dengan teman kantor yang wanita. Pun begitu dengan pola pengasuhan mas aidan yang bahkan sampai sekarang kadang kami masih menemui perbedaan, tentu saja, karena kami berasal dari keluarga yang berbeda, budaya berbeda, pola pengasuhan yang berbeda. Sehingga, tinggal berdua dengan aidan lebih saya jadikan pilihan hingga keikutcampuran orang lain dengan metode pengasuhan yang berbeda dapat saya minimalisir. Sama halnya bagi teman-teman saya yang sedih, minder, depresi dan merasa sendirian karena belum menikah. Bersabarlah, Nikmati hidup kamu selama masih single, lakukan hal-hal positif sebanyak yang kamu bisa, karena memang mungkin belum waktunya menikah dan ini yang terbaik dari Allah, Allah akan mengabulkan doa kamu disaat yang tepat, dengan orang yang tepat. Dan juga, menjadi menikahpun tidak menjamin kamu tidak lagi merasa sendiri. Karena saya sudah menikah, tapi saya sering merasa sendirian, saya tidak punya orang untuk sekedar bercerita seperti ini, hingga saya perlu melampiaskan dalam tulisan yang bisa dibaca semua orang dan membuat malu diri sendiri. Tapi, meskipun membuat semua orang tau akan hal ini membuat saya malu, ada satu hal yang saya syukuri dari hasil perenungan dimalam ini. Bahwa Mas Aidan memang pemberian Allah yang terbaik dan tepat untuk saya. Karena kondisi Mas Aidan, seluruh daya, perhatian dan pikiran saya terpusat sama mas Aidan, saya tidak ada space waktu berlarut-larut untuk sekedar mempunyai masalah lain, atau depresi dan sedih karena hal lain. Karena semua masalah, baik itu dengan suami, keluarga, kerjaan, itu tidak aka nada bandingannya dengan mas Aidan. Mas Aidan saya akan jadi bagaimana jika mamahnya memikirkan hal lain saat dirumah? Negative thinking otaknya? Atau yang lain-lain. Coba bayangkan, jika mas aidan seperti anak lainnya, pandai. Pasti dia akan menanyakan mana papa, kenapa papah disana, kenapa beli makanan, kenapa mamah masak Cuma buat aidan, kenapa mama disini papa disana, kenapa kita disini papa disana. Haah. Entah bagaimana saya jawabnya kalau sampai mas Aidan menanyakan itu setiap hari. Alhamdulillah. Sekalilagi, tidak ada yang namanya tidak ada pilihan. Pasti selalu ada pilihan. Hanya saja masing-masing kita yang bisa tahu pilihan apa yang terbaik bagi kita, bagi keluarga kita. Apa yang menjadi pilihan saya, belum tentu ideal atau ditujui bagi kelaurga-keluarga yang lain. Tetapi apa yang jadi pilihan anda, juga belum tentu bisa saya aplikasikan dalam keluarga saya. Dengan sharing, setidaknya kita bisa menjadi sedikit lebih mengerti kenapa dia begini begitu, dan bisa ambil pelajaran atau lesson learned yang baik. Dan apapun pilihan yang diambil, semua ada risiko yang harus dipertanggungjawabkan, sehingga harus daling percaya, mengerti dan memahami kesulitan masing-masing. Percayalah bahwa laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik, begitupun sebaliknya wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik. Sehingga, teruslah menjadi wanita baik-baik, dimanapun kamu berada, seperti apapun pekerjaannya, sehingga dimanapun suami kita berada, seperti apapun pekerjaannya, diapun akan tetap baik buat kamu. Siapa lagi yang bisa saya percaya selain Allah? Siapalagi yang bisa saya percayakan suami saya, anak saya, pernikahan saya, keselamatan kami, dan segalanya selain kepada Allah? As simple as that. Tentusaja pasti akan kepikiran, tapi tidak usah terlalu larut. Apa yang terjadi, sudah tertuliskan. Kita hanya perlu menjalani dan berikhtiar sebaik saya bisa, semaksimal saya mampu, sisanya, Lillahi Ta’ala. End. --- Harusnya ini saya buka laptop ngerjain report. Report wooy… report! Kali ini saya ingin menceritakan perjalanan keluarga saya melalui foto-foto lebaran dari tahun ke tahun. sebab sebentar lagi lebaran... hahaha.. Dan berhubung sudah dipastikan lebaran tahun ini tidak pulang, 2x lebaran diRiau judulnya. Apa yang seru dari lebaran kami dari tahun ke tahun, apa yang membuat rindu, dan apasaja yang berubah... 2005tahun ini keponakanku baru dua, Mas Ian yang setelah kuliah jadi suka salam satu aspal.. dan mba sherena menul menul. Biasanya, lebaran adalah masa yang sibuk. sibuk masak memasak menu yang setahun sekali. Sibuk mulai pada berdatangan saudara-saudara jauh, trus yang pada kerja, kuliah juga pada pulang bawa banyyaaaak oleh-oleh, temasuk kembang api. malam takbiran sambil menunggu takbir keliling kami akan bermain kembang api di halaman rumah, biasanya sambil liat tetangga yang bakar mercon. 2006Tahun 2007 saya masih jadi mahasiswi di FKM Undip Semarang, yang tidak punya smartphone, jadinya foto-foto sedikiiittt.. dan file-file nya entah kemana.. 2008Tahun ini adalah tahun pertama saya kerja. Jadi, saya lulus kuliah belum wisuda sudah diterima dan bekerja di PT Shyang Yao Fung Indonesia, sebuah perusahaan pembuat sepatu merk adidas di Tangerang. 3 bulan setelah bekerja saya baru diwisuda... jadi pada tahun ini saya merasakan "mudik" untuk pertama kalinya. dulu masih menggunakan bis, dan kena macet di jalan pantura 12 jam. pertama kali dan terakhir kali mudik Jakarta Pemalang dengan Bis, karena kapok kena macet di jalur pantura. Pada Lebaran tahun 2008 ini kami ketambahan anggota baru, mas Nauval Ramadhan Setiamurti. Keponakanku yang ke 4. Tahun ini kami sudah mulai foto-foto, tetapi masih belum begitu ramai, karena ponakan baru 4 anak. 2009Pada lebaran 2009, rumah ibu di Paduraksa, Pemalang ketambahan satu anggota baru lagi. ponakan ke 5 bernama Mba Chelsea Nurma Putri (kalau ga salah.. maapkeeun kalau ante salah namanya.. wkwkwk..). keberadaan ponakan-ponakan kecil ini yang membuat seru dan ramai rumah kami.. berisik tapi tidak pernah merasa terganggu dengan keberisikan mereka. justru kalau sepi, Ibu pasti nanya "Koq sepi? lagi pada ngapain sih??" Kami adalah sembilan bersaudara. Saya anak bungsu, dan kami tersebar dikota-kota yang berbeda, sehingga kami hampir tidak penah kumpul ke-9 bersaudara. hampir pasti ada yang absen. karena kalau sudah berkeluarga kita bergantian berlebaran disini dan disana.. hahaha.. Bapak saya sudah meninggal sejak saya kelas 2 SMP. jadi, kegiatan wajib pada hari pertama lebaran adalah berziarah ke makam Bapak, simbah serta keluarga. Makam Bapak ada didalam hutan desa Sungapan, makam itu akan tembus ke bendungan di Desa Penggarit, makam keluarga ibu dari simbah kakung ada disana, jauuuh masuk kehutan.
2010Tahun ini mulai ramai lebaran di rumah, anak menantu dan cucu-cucu ibu banyak yang pada mudik. Heboh, ramai. Biasanya setelah rumah ramai begini, kami atur jadwal pulang kami, satu persatu, tidak langsung dalam satu hari pulang semua, kuatir nanti Ibu kaget, dari rumah ramai menjadi sepi.. Biasanya saya paling menghindari pulang paling akhir, seringnya pulang yang paling cepat malah.. wkwkwk.. 2011Tahun ini, kami kedatangan satu anggota baru, namanya mas Hadzan Adzriel Abyakta, dia ponakan saya ke-8. Foto ini adalah foto terakhir kami bersama Mba Endang, Adik Ibu. Kami memanggilnya Mba, entah kenapa. Mungkin jaman kakak-kakak tertua saya bulik ini masih terlalu muda untuk dipanggil bulik, jadilah mba Endang sampai ke saya pun manggil begitu.
2012Lebaran 2012 umur aidan baru beberapa bulan, saya masih di Riau dan lebaran pertama kami di Rengat. Mas aidan saat itu lahir saat masih piala dunia, setelah itu lanjut bulan puasa dan lebaran. mas aidan pas batita guenduuut banget. Anak lelakiku yang lahir dengan bobot 3.4 kg, asi ekslusif. 2013Pada tahun 2012, saya tidak pulang ke Pemalang, dan pertama kalinya berlebaran di Riau. sepertinya tidak ada foto atau bagaimana, lupa saya. sedangkan di tahun 2013 ini, keluarga kami bertambah 2 orang, iya mereka adalah Mba Khanza Aqila Aristi, dan Mas Aidan Aqila Warman. Secara kebetulan dan tidak disengaja, nama tengah kakak adik ini sama, Aqila. ini adalah pertama kalinya mas aidan ke pemalang, dulu pas balita mas aidan susah sekali dengan perempuan, jadi sama simbah, budhe, nenek, tante, ga mau semua. Maunya sama laki-laki.. Mas aidan dulu asih cuenggeeeng.. trus jadinya giliran mas aidan deh nangis mewek nggoer berkali kali. tiap ada yang nggendong, cengeeeer.... hahaha..
2014Foto diatas ini adalah uti dengan para cucu-cucunya, masih kurang dua cucu, mba Sherena yang sekarang jadi calon dokter,, dan mba Shantika, yang belum pernah lebaran di rumah uti. Jadi 2014 cucu uti 10 anak. wow. haha.. alhamdulillah. Ponakan-ponakan saya tahun ini sudah pada pintar bergaya, pintar ngomong, main, cerita ini itu. Tugas kami karena ramai, ngikuti pesan ibu, jaga anak masing-masing, jangan sampai berkelahi atau gimana, Ibu gakan bela siapa siapa kalo ada yang sampai kelahi.. hahaha Kakak beradik saja berkelahi, adu mulut, apalagi sepupu, masih kecil-kecil, biasalah kalau emang ada kelahi-kelahi.. tapi hebatnya anak-anak ini meskipun ketemu setahun sekali saja, happy, gada kelahi..
Tahun ini mas aidan masih putiiih,, kinclong seperti susu. masih ringan dibawa jalan kemana mana. dan sudah mulai gelisah karena mas aidan belum ngomong, sesuatu yang berbeda dari anak-anak sebayanya.. termasuk jika dibandingkan dengan mba khansa dan mas Dimas, yang umurnya hanya terpaut beberapa bulan lebih tua dari mas Aidan.
2017Tahin 2017 ini kami ketambahan satu anggota baru lagi, mba Alea namanya. jadi hari ke-2 lebaran kami ke Brebes, ke rumas mas Iin yang dibrebes nengok mba bayii.. 2018Oktober 2018, saya pindah kerja ke Pekanbaru, pindahan rumah juga dengan aidan. jadilah kami lebaran di Rengat. tapi lebaran kali ini mama papa sedang umroh, jadi ketua gengnya dirumah oom, umi dan tante. Kami tim penggembira saja. Pada saat Sholat Ied di Lapangan hijau rengat, rokaat pertama mas aidan anteng tidur-tiduran di atas sajadah. trus pas papahnya bangun rokaat kedua, mas aidan lari. jadilah kami begitu salam langsung celingak celinguk nyari mas aidan. yang rupanya udah menyeberang jalan, duduk di bangku warung-warung pinggir jalan.. hahaha.. bahkan di ramadhan yang mau ke 7 besok, kami belum bisa full tarawih di masjid, bergantianlah.. saya juga sudah rindu sekali tarawih dimasjid. saya pernah beberapa kali bawa aidan tarawih, yang ada dia kalo nda rusuh, gangguin imam, ya digangguin temennya. Saat saya tarawih trus mata aidan digigit anak lain sampai nangis ketakutan dan luka, saat itulah saya berhenti bawa mas aidan sholat ke masjid.
Farewell.. sejak saya memasuki masa kuliah, sejak itulah perjalanan saya berpindah pindah dari satu rumah kerumah lain, dari satu kota ke kota lain dimulai, sampai saat ini. Selama itu jugalah saya farewell berkali-kali. Saya sudah bekerja dibeberapa tempat, sebutlah itu sebagai mawar, melati, kenanga, lavender dan kamboja. Wkwkwk.. si mawar melati kenanga dan kamboja ini adalah main flowersnya, selain itu ada bunga bunga lain yang berarti ada juga tempat2 bekerja yang lain yang porsinya kecil with limited role sehingga tidak cukup perlu untuk ada farewell. Dengan si mawar, saya farewell karena mentor saya, bos saya pindah ke negara lain dan digantikan dengan yang lain yang tidak begitu memerlukan jasa pekerjaan saya, jadinya, aneh, dengan responsibility dan tugas yang jauh berkurang, bisa dibilang juga ongkang-ongkang kaki ga jelas, with low supervision, I decide to move. Pindah ke hati melati. Kepindahan ini juga didukung trigger dari pacar saya yang balik kampung, meninggalkan saya sendiri di Jakarta, tidak menepati janji dia. wkwkwk.. Tapi farewell saya lakukan dengan hati senang tanpa beban, ya agak sedih karena pisah dengan teman-teman kantor dan kost saat itu, tapi inilah hidup. Setelah saya dipersunting melati di 2010, saya sudah mantap menyampaikan ke interviewernya kalau saya tidak akan selamanya dengan melati, karena saya ingin menjadi seorang konsultan. Yang saat itu belum tau bagaimana caranya bakal jadi seorang konsultan. But I did it. Saya bergabung ke dunia perkonsultanan resminya tahun 2015, sebelumnya konsultan borongan yang tidak terdaftar. Sedih! Farewell saya dengan melati merupakan farewell terberat dalam sejarah. Saya tidak menyelesaikan pamitan saya ke semua anggota melati, karena saya menangis sesenggukan. Saya meninggalkan melati karena saya menikah dan diminta ikut suami. Saat itu saya tidak tau kalau ada option unpaid leave atau cuti tidak dibayar sehingga bisa ambil cuti lama. Beberapa saat kemudian datanglah saya ke kenanga, yang hanya menyisakan sedikit kenangan. Selebihnya ingatan akan kenanga saya delete karena menyebalkan. Saya ga pakai farewell dengan kenanga, bisa dibilang saya kabur begitu saja, tidak datang lagi setelah saya ambil cuti melahirkan. Banyak kejadian tidak menyenangkan dan tidak professional saat saya dikenanga. Yang saya alami saat hamil. Sedikit banyak tekanan yang saya alami saat hamil dulu terkadang memberikan saya pemikiran apakah mungkin karena itulah salah satunya mengapa hingga saat ini mas aidan masih speech delayed. Bahkan bukan delayed lagi, sudah 7 tahun dan dia belum berbicara. But I’m not regret it. Gada yang tahu masa depan dan tidak ada yang bisa merubah masa lalu. Saya hanya perlu menerima semua ketetapan Allah dan menjalaninya dengan sebaik-baik yang saya mampu. Hijrah dari pengalaman bersama kenanga, saya dipersunting lavender, yang memberikan saya limited role, limited period, ya begitulah. Bersama lavender saya mulai menjadi konsultan solo. Bekerja sendiri, menciptakan sendiri dan jalan sendiri. No farewell yet with lavender. Semoga masih panjang jalan bersama lavender, karena lavender saya dapatkan tidak disengaja. Mendua dari lavender, saya berpindah ke kamboja, dengan latar belakang yang agak creepy terkait dengan mas aidan yang saat itu berteman dengan astral dijogja, sehingga sekitar sebulan hidup saya dijogja penuh dengan hal tak kasat mata yang sangat mengganggu.
Yang diatas itu adalah masalah farewell dengan bunga-bunga.. adalagi farewell dengan sekolah, TK (yang ga lulus), SD, SMP, SMA, D3, S1, S2.. trus adalagi farewell dengan rumah-rumah, rumah ibu, kos ini itu, ada juga farewell dengan kota kota, Pemalang, Purwokerto, Semarang Tembalang, Jakarta, Rengat, Semarang lagi Jogja, Pekanbaru, waaah.. sudah berkali kali kali saya farewell.. haa! Berkali kali jadi anak kost, yang paling berkesan pertama sewaktu jadi anak asrama di purwokerto... trus anak kost di semarang,, anak kost di gajah mungkur, yang sekarang bahkan masih ada temen ku yang ngekost disitu. loyal bingits.. hahaha...
trus adalagi kost gang abah, cilandak KKO, Alhamdulillah kami sudah berkeluarga semua. Bisa dibilang kost ku di gang abah ini yang paling mengena. disini, hamper setiap weekend teman2 pd angkut Kasur mereka, tidur dikamarku, kadang bias ber 4 orang ngobrol ngelantur gak jelas. kadang weekend kami juga keliling nonton midnight movie di penvill dan masa saya ngekost selanjutnya kost di jalan singosari semarang bawah waktu kuliah s2. setiap tempat memberikan kesan dan kenangan yang ingin saya tuliskan kisahnya... yang ini diprotes karena tidak detail. laaah kalau mau detail berpanjang panjang ria dan butuh waktu lebih lama,, jadi to be continued saja dulu ya.. kenapa judulnya satu bulan terakhir bersama ERM? ya karena akhirnya saya memutuskan officially bahwa "i'm leave". dan yang tidak saya duga diawalnya, keputusan ini sangaaat mebuat hati saya PLONG. luarbiasa LEGA. akhirnya saya bisa terbebas dari jeratan drama yang selama ini menjerat. haha, pake majas hiperbola nih. Tadi malam, saat saya bercerita ke suami saya bahwa saya udah officially keluar dan tidak mau lanjut lagi disini, jawab suami saya cuma: "ya udah ga papa." haha. Alhamdulillah. saat saya korek kenapa cuma itu jawabnya, trus nanti gimana gimana gimana? "ga papa, kan udah dari lama eva sebut mau keluar".
iya, sebenarnya sudah dari beberapa bulan yang lalu saya ingin sekali keluar dari work order yang penuh drama ini. tapi beberapa kali juga menahan diri, karena pekerjaan disini fit sekali sama bidang keahlian saya, dan juga usernya baik-baik. tapi apamau dikata, tidak semua kondisi ideal. saya juga capek sampai muak rasanya terpaksa jadi "bad guys" disini. Alhamdulillah. tinggal perlu menjalani satu bulan lagi. this doesn't mean that I am give up. this is just, I know my limit. Saya hanya akan menikmati satu bulan terakhirku bekerja di wo yang bersejarah ini, enjoy! to be continued. Education is the passport to the future, for tomorrow belongs to those who prepare for it today -Malcom X- Dalam perjalananku menuju minas, dimobil Pak Endi. jam 08.59 baru berangkat dari Rumbai. saya ingin menuliskan masa-masa kuliah S2 saya, sebagai salah satu motivasi pribadi saat ini yang sedang penat-penatnya. Sebagai seorang emak-emak, kejadian ini sudah keseeeekiiian kalinya saya alami. sebenarnya tidak ingin saya bergantung dengan ART, semua pekerjaan rumah bisa diatasi, cuci gocok, ada laundry tinggal call. Makan tinggal masak, atau call via go food. yang agak bikin mules kalau ART berulah itu, ya ijin-ijin kerja. terlambatlah, bolos lah,, paling parah ga masuk seharian. lah gimana lagi. Banyak yang Tanya kenap kerja anak gimana dkk. lah gimana ya.. bingung juga saya jawabnya. samahalnya saat saya memutuskan ambil kuliah S2, anak masih balita, kalau saya pasrah diam aja dirumah sama mas aidan, suramlah masa depan kami. Suntuk juga. jadilah saya ambil kuliah S2 di Sekolah Pascasarjana UNDIP. Saya habiskan waktu saya di rumah Pematang Reba, Inhu selama 1,5 tahun dengan fulltime mengurus aidan sambal curi2 waktu belajar persiapan ujian masuk UNDIP. iya saya belajar. sering tetangga bertanya, karena saking hamper tidak pernahnya saya ikut ngumpul atu ngerumpi2 ibu-ibu kompleks. kadang mereka berkunjung kerumah dan menengok saya sedang baca buku, latihan soal atau banyak buku bertebaran. Belajar apa? buat apa? Saat itu, karena saya belum yakib bisa, yah masih sekedar impian saya buat kuliah - jadi saya tidak pernah menyebut tentang kuliah s2 kepada siapapun. Awalnya saya mendaftar untuk beasiswa LPDP, hanya saja banyak proses dan tahapan yang dilalui, sehingga menjadi tidak ideal lagi bagi saya dengan anak balita. Sampai akhirnya, tiba suatu waktu suami yang memulai pembicaaran masalah S2 untuk saya. pucuk dicinta ulampun tiba. just don't give up an have faith on you. Kuliah S2 adalah my greatest escape way. akhirnya saya pulang ke jawa, ke Semarang untuk tes masuk di Fakultas Hukum UNDIP. Alhamdulillah. tesnya lancer, saya bias mejawab hampir semua pertanyaan. Alhamdulillah, belajarnya sesuai, alhamdulilllah, diterima. Saya mebawa Mas Aidan meninggalkan Riau dengan hati berbunga dan bersemangat. Perjuangan kami dimulai diPemalang, tanpa suami. Masa-masa awal kuliah, MOS sekitar 2 minggu pertama saya harus masuk kuliah setiap hari, aidan saya tinggal dipemalang, saya PP pemalang Semarang, setiap hari. pergi menjelang subuh, pulang seusai maghrib. badan rontok luluh lantak, tapi sangat bersemangat. Setelah masa MOS saya kuliah 2 hari dalam seminggu, kamis jumat, saya tinggal dikost, berangkat kamis subuh, pulang jumat sore. Disemarang mostly ke kampus dengan jalan kaki atau naik becak kalau hujan. Dari kampus ke stasiun kereta api saya langganan Pak Ojek yang mangkal di stasiun. Nama bapak ojeknya, Pak Adi. Lama-lama langganan ojek nya ga hanya saya, mba Nani, Mba Vita sama mba Ani yang bolak balik naik kereta juga sama-sama jadi pelanggan ojek Pak Adi. Tidak jarang kami juga memesan tiket melalui bapak ojek Pak Adi itu. Terkadang, saya harus berjalan kaki dari stasiun sampai ke lokasi yang dilewati bus, jika musim panceklik tiba. hahaha.
Magister Epidemiology ini merupakan salah satu jurusan yang padat materinya, jadi jika jurusan yang lain masa kuliah S2 cukup ditempuh dengan 2 semester materi, bias lulus dalam 3 - 4 semester, lain hanya dengan magister epidemiology. Pemberian materi dalam kelas kami dapatkan hingga semester ke-3, sembari mulai pengerjaan proposal penelitian. tapi praktis penelitian tesis dilakukan di semester 4. Bagi yang excellent, terutama yang muda-muda, bias juga selesai kuliah dalam 4 semester. beberapa bulan lewat dari 4 semester menjadi bonus. lain halnya dengan saya, ibu dengan balita LDR plus bekerja freelance. saya 5 semester, diujung semester baru selesai. itupun saya masih hutang publikasi jurnal internasional. maapkeen Prof...
Kalian bisa cek silabus di masing-masing website universitas. Materi yang diberikan berdasarkan apa yang ada di transkrip ijasah adalah sebagai berikut, dengan sedikit penjelasan mengenai mata kuliah yang sangat mengena diingatan saya, beberapa nati diupdate lagi:
to be continued “When you can tell your story and it doesn’t make you cry, you know you have healed”
©Notsalmon.com” Tidak hanya dunia per politikan, yang terbagi menjadi beberapa kubu. Tergantung pemilihan apa, pilkada, pemilu. Tergantung pula siapa calonnya, pemilihan presiden kah? Gubernurkah? Bupati kah?. Dan ada juga dikalangan ibu-ibu, yaitu ibu rumah tangga vs ibu pekerja. Saya yakin, kebanyakan yang berpihak kepada ibu rumah tangga yang paling baik itu adalah ya para ibu rumah tangga. Pun sebaliknya, yang menyebut paling baik ibu pekerja kemungkinan besar adalah para ibu-ibu pekerja. Come on! Apa kalian semua ga capek memikirkan siapa yang lebih baik? Siapa yang lebih benar? Berapa banyak energy kita terbuang untuk memikirkan siibu rumah tangga yang satu itu ga berarti karena gada kegiatan dan Cuma di rumah aja. Atau sebaliknya memikirkan betapa si ibu pekerja itu mengejar karir tidak meperdulikan anak-anak dan suaminya. Saya tidak juga ingin ikut-ikutan membicarakan orang, disini saya juga curhat, seperti tulisan saya yang lain, saya menuliskan pengalaman saya yang sudah merasakan bagaimana menjadi full time ibu rumah tangga (IRT), Full time IRT dan freelance pekerja, bahkan Full time IRT dan full time pekerja. Kenapa saya sebut diri saya seperti itu? Ya karena, seorang ibu adalah seorang ibu. Semua orang pasti punya alasan dibalik tindakan yang diambilnya masing-masing. Siapapun yang memutuskan menjadi seorang full time IRT, bahkan full time pekerja, semua ada alasannya yang tidak perlu dijelaskan ke semua orang. Semua ibu juga punya masalahnya sendiri-sendiri, yang tidak sama antara ibu satu dengan ibu yang lainnya. Just be kind. Saling Sharing bukan saling serang. Saya pernah jadi full time IRT, senang sekali. Bisa full bersama anak saya, dari dikandungan sampai balita, mengurus full sendiri dengan segala kenikmatannya. Memasak, mecoba resep-resep baru, kesenangan memasak sarapan, mengantarkan suami bekerja, memasak makan siang, makan malam, menunggu suami pulang bekerja, dan juga kesenangan akan bebasnya waktu untuk berjalan-jalan kapan saja. Apa saya senang? Iya, saya senang. Kami bahagia. Suami ku senang, anakku sehat. Apa semua itu cukup? Tidak. Ada kalanya saya ditanya ngapain aja dirumah, ongkang-ongkang kaki kah? Tidur aja kah? Ga ngapa ngapain, rumah masih berantakan engga pagi, siang, sore atau malam. Tiap dating berantakan. Pun rasa sakit hati ketika diremehkan karena saya bukan siapa siapa hanya seorang ibu rumah tangga yang berharap dikasih sm suami. Ga bisa kerja. Bahkan pernah saya disuruh jualan apaja, buka kedai, kerja ditempat orang dengan sukarela entah bayarannya asalkan keliatan kerja. Tau nda. Saya sampai bilang seperi ini ke suami saya: “Buat bayar pengasuh setidaknya 600rb, dan saya disuruh kerja sukarela?, mending kamu bayar saya sebagai pembantu kamu daripada saya meninggalkan anak sama pengasuh tanpa dibayar”. Iya, mulut-mulut jahat bertebaran diluar sana. Koreksilah diri jangan sampai anugerah Allah ini kita buat untuk menyakiti orang lain. Naudzubillah. Maafkanlah saya jika perkataan saya pernah menyakiti anda. Singkat cerita, dari ujian-ujian kecil itu, sampailah pernikahan kami ke ujian yang saya anggap paling berat saat itu, hingga akhirnya saya putuskan kembali ke jawa untuk mengambil kuliah S2. Saya yang direncanakan akan ditinggalkan suami saya kuliah malhs aya duluan ninggalin suami saya sendiri. Iya saya kuliah S2 duluan. Pengangguran yang ga bisa bekerja yang disebut ga akan mungkin kuliah S2 itu, kuliah magister di UNDIP. Tanpa cerita, tau tau balik kejawa bawa anak buat ujian, urus ini itu diantar dan dibekali suami saya. Saya kuliah. Dan semua orang tercengang. Itulah cara terbaik menurut suami saya untuk menaikkan derajat keluarga kecil kami, terutama saya. Tahun-tahun kuliah S2 saya berat buat saya, tapi setidaknya saya ada harapan. Saya dan suami tidak dapat memilih untuk bekerja, karena aidan masih kecil. Pikiran saya tidak kosong hanya memikirkan komentar negative orang. Pikiran saya penuh dengan anak dan tugas tugas kuliah. Pikiran saya fresh. Positif dan semangat. Saya bahagia, meski harus LDR dengan suami. Saya bahagia dengan segala kegiatan yang saya punya. Dan Allah yang maha perkasa pun memberikan pertolongannya. Saya diberikan pekerjaan di semester pertama saya kuliah S2. Pekerjaan tanpa melamar. Saya sebut itu adalah bonus dari Allah. Ya, ini terkait postingan saya sebelumnya tentang “Pekerjaanku adalah bonus dari Allah”. Dan dimulailah saya menjadi fulltime IRT freelance pekerja. Ya, karena pekerjaan ini bersifat freelance, karena saya sambal kuliah. Dari hanya review dokumen, site visit 6 bulan sekali, hingga sekarang, site visit per 3 bulan. Pekerjaan freelance saya ini mengantarkan saya hingga selesai kuliah S2, membiayai 3 semester kuliah saya. Kadang, saya masih tidak percaya saya bisa kuliah S2 sendiri. Alhamdulillah. Allah yang Maha Kaya. Jadikanlah sholat dan sabar sebagai penolongmu. Jadikanlah Allah sebaik-baik sandaran yang tidak akan membuatmu kecewa. Dari peralihan antara IRT ke pekerja freelance, masih saja saya diragukan karena saya tidak seperti orang-orang bekerja pada umumnya. Saya tidak ada jam kerja. Tidak berpakaian seperti pekerja kantor / PNS. Banyak yang bertanya apakah benar saya bekerja? Cuma bohong buat nutup-nutupin ketidakmampuan. Ya Allah. Luaskanlah hati hambamu ini agar senantiasa bersabar. Hingga saya selesai kuliah S2, dan aidan masuk TK, serumah dengan suami yang juga ambil kuliah S2, saya bersenang senang dengan kehidupan bahagia keluarga kecil kami di yogyakarta. Saya menikmati lagi masa-masa memasak. Tetapi, negara api selalu mempunyai cara untuk menyerang negara air. Pun seperti kisah, bahwa pencapaian iblis yang terbesar adalah dengan menghancurkan rumah tangga, dengan berbagai macam cara mereka. Singkat cerita, saya pun akhirnya membawa aidan meninggalkan suami saya untuk kesekian kali nya. (meninggalkan dalam arti LDR saja). Yes. Saya yang direncakanan akan ditinggalkan suami saya, malah meninggalkan suami saya sendiri lagi. Lagi lagi, Allah yang Maha Perkasa memberikan pertolongannya kepada Saya. Allah yang tidak akan membuat saya kecewa mengabulkan doa-doa saya. Saya diberikan pekerjaan full time, dikota dimana kami bisa tinggal; bekerja bersama. Dan semua orang lagi lagi tercengang. Saya meninggalkan Yogyakarta yang penuh damai dengan hati tersayat. Suami saya ada kulaih s2 disitu. Anak sekolah terjamin, saya mengajar di stikes, freelance konsultan. Apalagi? Itu tidak cukup, untuk mereka. Jadilah saya membawa anak saya Muhammad Aidan Aqila Warman, pindah lagi ke Pekanbaru. Disinilah kami selama 10 bulan ini – dan suami ku tinggal menunggu wisuda nya. Sekarang, saya menyatakan diri menjadi seorang full time ibu, full time pekerja. And I am happy. Saya bersyukur. Hinaan orang tidak membuatku depresi dan pasrah. Tidak. Pun dengan kondisi sekarang bekerja rangkap, insyaAllah, Allah yang Maha Kuat akan menguatkan saya, Aidan dan suami saya. Saat ini, Saya, sebagai ibu pekerja, jam 00.29 saat ini masih menemani anak kesayangku bermain dengan sambal menulis artikel untuk blog. Iya, karena aidan baru bangun tidur jam 7 malam, jadi sekarang dia terjaga. Besok senin saya bekerja tidak menjadikannku mengabaikannya bermain sendiri sedangkan saya tertidur. Tidak. Saya selalu berusah menemani aidan saat dia terjaga. Saya masih selalu terbangun bersama aidan, terbangun subuh jam 3 pagi meskipun jam segini belum tertidur. Saya masih memasakkan sarapan dan menyuapkan & menemani makan aidan dipagi hari sebelum berangkat sekolah. Saya masih menyiapkan segala keperluan aidan sekolah full day nya dimalam hari sembari beberes rumah. Saya masih bisa menyuapkan dan makan malam bersama aidan, bermain dan membelikannya kue. Saya masih bisa memberikan bekal makan 2x sehari, masakan rumah sesuai selera aidan dan bukannya makanan catering sekolah. Saya masih bisa mebawa aidan makan berjalan keliling, ke kedai kopi kesukaan aidan di hari sabtu dan minggu. Kasih sayang saya sebagai ibu pekerja, tidak berkurang. Kuatir saya berlebih. Rasa takut & tidak aman berlebih. Saya berkerja dengan menguap tanpa menurunkan produktifitas. Saya kena tegur jika salah. Terlambat. Saya membuat sarapan tanpa sempat sarapan. Saya tertidur di jam istirahat makan siang. Saya kram saat sedang menyetir pulang kantor. Saya gunakan cuti saya tidak untuk berlibur. Saya gunakan cuti saya untuk pelatihan, atau untuk pekerjaan bonus dari Allah. Iya. Saya pernah berjanji tidak akan melepaskan pekerjaan apapun yang Allah berikan untuk saya, selain saya yang mereka lepaskan. Itu bentuk rasa bersyukur saya atas karunia Allah, bukan bentuk ketamakan bekerja merangkap. Tolong. Jangan berkata hal yang buruk mengenai apa yang anda tidak ketahui. Be kind. Berbuat baiklah dan dapatkan pahala. Bersyukurlah, karena bukan bahagia yang menjadikan kita bersyukur, tapi rasa syukurmu atas segala ketetapan Alah itulah yang menjadikan hidupmu bahagia. Alhamdulillah Pekanbaru, 13.08.2018 - 00.58 Ceritaku yang tak kan lekang oleh waktu well yeaah... saya adalah tipe old fashion, jadi saya dulu resign karena menikah dan mengikuti suami, tanpa pikir risiko. lugu. |
Life, is the classroom
My_LifeMeans: My life in words "Formal Education will make you a living;
Self education will make you a fortune." "Happiness is not something you postpone for the future;
it is something you DESIGN for the present. for right NOW" You decide everyday to be happy by the choices you make every day. Archives
January 2025
Categories |
this page replacing my old blog page: https://mariacreativity.blogspot.com/
|
Site powered by Weebly. Managed by Exabytes - Indonesia